Sabtu, 24 Juli 2021

Proposal PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH (LOTS) MENJADI TINGKAT TINGGI (HOTS) PADA MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC SISWA KELAS IV SDN 1 TUTUYAN 2 (IMAM HANDOYO/PAI 1.3)



UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH (LOTS) MENJADI TINGKAT TINGGI (HOTS) PADA MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC SISWA KELAS IV SDN 1 TUTUYAN 2 

(IMAM HANDOYO/PAI 1.3)


BAB 1

A. PENDAHULUAN


1. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan peserta didik disekolah adalah bagian daru upaya besar untuk memperoleh perubahan mendasar dari peserta didik, perubahan ini meliputi tiga ranah yakni, ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

Pada ranah afektif peserta didik dituntut mengalami perubahan pada sikap dan tingkah laku, dalam kaitannya dengan kurikulum 2013 ranah afektif ini bertalian dengan sikap spiritual dan sikap sosial yang dimiliki siswa, yang wajib mengalami perubahan dan peningkatan. Sementara itu ranah kognitif bertalian dengan Kompetensi Inti 3 yakni peserta didik yang telah melakukan proses belajar mengajar akan dianggap berhasil jika mengalami perubahan dan peningkatan pengetahuannya yang dimilikinya dan dapat dilihat atau dibuktikan dari proses evaluasi diakhir pembelajaran.

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dipengaruhi dari berbagai macam faktor yang ada, diantaranya faktor internal peserta didik, guru, dan lingkungan belajar. Ketiga faktor ini dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran disamping beberapa faktor pendukung lainnya. Sementara itu setelah dilakukan observasi pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 ditemukan bahwa peserta didik tidak mampu mengerjakan soal dengan bentuk Higher Order Thinking Skill (HOTS) siswa hanya mampu mengerjakan soal dalam bentuk LOTS, kemampuan seperti ini sungguh sangat riskan dan menyedihkan, mengingat pertama peserta didik sudah ada pada level kelas tinggi pada Sekolah Dasar, kedua dalam menghadapi tantangan global dan refolusi industri 4.0 maka peserta didik dituntut untuk dapat berpikir kirtis dan tinggi sehingga kelak akan berdampak pada kehidupannya sehari – hari di masa depan nanti. 

Pada Penelitan Tindakan Kelas kali ini, peneliti memiliki asumsi bahwa jika pendidik menginginkan keberhasilan dalam sebuah proses pembelajaran dan kemampuan berfikir peserta didik akan mengalami peningkatan semula LOTS menjadi HOTS yang dilihat dari hasil evaluasi belajar peserta didik di akhir pembelajaran, maka dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru wajib menggunakan pendekatan scientific sebab seperti yang dikatan Maria Emanuela Ine dalam jurnalnya yang berjudul (Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi)  ”pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pendekatan scientific lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif”. Sejalan dengan pandangan diatas maka peneliti menganggap penelitian kali ini akan memberi jawaban yang kongkret bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran scientific peserta didik pemahaman peserta didik terkait dengan iman kepada malaikat akan semakin meningkat, dan harapan terjadinya perubahan dan peningkatan dalam ranah kognitif akan terwujud dalam evaluasi diakhir pembelajaran.

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ketidak berhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI&BP) pada materi Iman Kepada Malaikat – Malikat ALLAH  disebabkan oleh masalah - masalah di bawah ini:

1. Hasil Evaluasi Pembelajaran PAI&BP menggunakan soal dengan bentuk HOTS sangat rendah

2. Pendidik terbiasa untuk tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

3. Pendidik belum mencoba untuk membiasakan peserta didik berprikir kritis dalam pembelajaran


3. ANALISIS MASALAH

Berdasarkan Identifikasi Masalah Yang sudah dilakukan diatas, maka peneliti mencoba menganalisis berbagai masalah yang sebelumnya sudah di identifikasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki peserta didik tidak didapat dengan hanya berharap pada materi yang diberikan tetapi juga tergantung dari proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini.

Setidaknya proses pembelajaran dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dan membudayakan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dalam setiap pembelajaran, selain itu peserta didik juga semestinya diupayakan untuk dapat mengidentifikasi masalah lewat pembelajaran yang dapat dilakukan dengan basis dari permasalahan faktual yang dihadapi oleh peserta didik atau permasalahan yang sementara menjadi viral saat ini kemudian diintegrasikan dalam materi pembelajaran yang sesuai. Upaya – upaya ini dapat dilakukan dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran, sebab pendekatan scientific pada hakikatnya lebih menekankan pada pelibatan peserta didik secara aktif dan berupaya menmbudayakan kemampuan berfikir kritis dalam proses pembelajarannya.

4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu : Bagaimana penggunaan pendekatan Scientific dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah menjadi tingkat tinggi pada materi iman kepada malaikat – malaikat ALLAH siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara?

5. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) Menjadi tingkat tinggi (HOTS) pada materi Iman Kepada Malaikat – Malaikat ALLAH melalui pendekatan Scientific siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara

6. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu : 

Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini memberi masukan atau pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi (HOTS) melalui pendekatan Scientific pada materi Iman Kepada Malaikat

Bagi Guru 

Melalui hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan guru untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran melalui pendekatan Scientific. 

Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi ( HOTS)

Bagi Siswa 

.Membantu siswa meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi ( HOTS) Pada Materi Iman Kepada Malaikat

.Memberi kesempatan pada siswa untuk mendapatkan pendekatan pembelajaran yang berbeda dari biasanya

Memberi kesempatan pada siswa untuk meningkatkan partisipasi dan aktif dalam pembelajaran.

BAB II

B. KAJIAN PUSTAKA


1. PENELITIAN TINDAKAN KELAS

a) PENGERTIAN PTK

Proses belajar mengajar disekolah, tak lepas dari berbagai factor yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya, ada berbagai factor yang menjadi penyebab baik atau buruknya hasil sebuah proses pembelajaran, seorang guru yang professional harus bertindak layaknya seorang dokter, bila seorang dokter didatangai seorang pasien yang ingin berobat, maka hal pertama yang dilakukannya adalah memerikasa kemudian mendiagnosanya, setelah dilakukan diagnose maka dokter memberikan obat sebagai bagian dari solusi dalam rangka mencapai kesembuhan pasien dari penyakitnya, hal yang sama seharusnya mampu dilakukan oleh seorang guru yang professional, guru harus mampu mendiagnosa penyebab merosotnya sebuah hasil pembelajaran, namun diagosa yang dilakukan oleh guru bukan diagnose yang timbul dari hasil pemikiran dan perkiraan guru semata. Setidaknya diagnose yang dilakukan haruslah ilmiah dan mampu dipertanggung jawabkan dalam dunia akademisi.

Menjawab tantangan diagnose tadi guru dapat melakukan Penelitian terhadap proses pembelajaran, ada banyak pilihan penelitian yang dapat dilakukan oleh guru namun pada umumnya, guru banyak menggunakan Action Reserch atau penelitian tindakan dalam meneliti proses pembelajaran yang akan digunakan sebagai refleksi perbaikan proses dan metode mamupun pendekatan yang telah dilakukan.

Seperti yang bisa kita dapatkan dari penjelasan berbagai buku modul maupun jurnal penelitian tindakan berasal dari kata action research yang berasal dari bahasa Inggris. Selain itu dalam dunia penelitian terdapat beberapa istilah lain yang sama-sama diterjemahkan dari kata action research, misalnya riset aksi, kaji tindak, dan riset tindakan. Menilik dari sejarah penggunaan penelitian tindakan ini. ‘Penelitian tindakan ini digunakan pertama kali oleh Kurt Lewin, seorang sosiolog Amerika yang bekerja pada proyek - proyek kemasyarakatan yang berkenaan dengan integrasi dan keadilan sosial di berbagai bidang seperti perumahan dan ketenagakerjaan’. Karena dilaksanakan di kelas, maka penelitian tindakan ini dikenal dengan istilah penelitian tindakan kelas. 

Jika melihat sejarah dari penelitian yang dilakukan oleh Kurt tadi dapat disimpulkan bahwa pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya. 

“Menurut Carr & Kemmis (Mc Niff 1991:2) “action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participant (teacher, student or principals, for exemple) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educationa practice, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutional) in which the practice are carried out. 

Dari pandangan di atas dapat dipaparkan beberapa kata kunci berkenaan dengan penelitian tindakan kelas sebagai berikut : 

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri (penyelidikan) yang dilakukan melalui refleksi diri. 

Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang terjadi yaitu guru, murid, atau kepala sekolah. 

Dilakukan pada latar pendidikan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik pendidikan. 

Sedangkan menurut Mill (2000) penelitian tindakan kelas sebagai penyelidikan yang sistematis (sistematic inquiry) yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah untuk mengetahui praktik pembelajaranya”.

b) LANGKAH LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Agar dalam pelaksanaan dilapangan PTK mencapai hasil yang optimal dan sesuai dengan harapan peneliti, maka penyusunan PTK harus melalui tahap-tahap penyusunan PTK. Tahap-tahap penyusunan PTK adalah sebagai berikut:

Perencanaan merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan segala hal, perencanaan yang matang diharapkan mampu membawa hasil yang optimal dari sebuah kegiatan, dalam penelitian sendiri perencanaan merupakan satu hal yang penting dan harus dilakukan sebab seperti yang sudah dikatakan sebelumnya hendaknya dalam melakukan segala sesuatu harus didasarkan pada perencanaan. 

Pada tahap ini peneliti dapat menjelaskan dan menentukan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal seharusnya tidak dilakukan sendiri dan tidak melibatkan orang lain dalam penelitiannya, seharusnya penelitian seperti ini dapat  dilakukan secara berpasangan (kolaboratif) antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan. 

Pada tahap ini, agar hasil penelitian menjadi obyektif maka diharapkan untuk bisa berkolaborasi. Biasanya pengamatan yang dilakukan pada diri sendiri memungkinkan munculnya subyektifitas. Dalam berbagai referensi yang telah peneliti baca penelitian kolaborasi seperti yang dijelaskan sebelumnya sangat dianjurkan bagi peneliti pemula atau guru yang belum pernah melakukan penelitian.

Kemudian dalam praktik kolaborasi, ada baiknya pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang mengamati adalah guru yang senior atau yang ahli dan perna melakukan penelitian tindakan. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga kegiatan dasar yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah (mengerucutkan identifikasi masalah), dan pemecahan masalah dengan tindakan yang dilandasi oleh teori yang ada. Kemudian dalam pelaksanaan nanti langkah – langkah yang bisa dilakukan adalah :

Membuat rencana pembelajaran dan sekenario tindakan yanga akan dilakukan. Mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan Penelitian Tindakan Kelas

Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, alat peraga, media, meja dan segala keperluan yang dibutuhkan dalam rencana pembelajaran. 

Menyiapkan alat perekam, cara merekam serta cara melakukan pengamatan pada proses dan hasil kerja siswa. Selain itu cara melakukan analisis data baik pada hasil observasi maupun pada hasil kerja siswa.

Mempraktikan sendiri hasil rancangan yaitu mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan dan metode tindakan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus melihat jam mengajarnya.

Setelah melakukan apa yang telah peneliti sampaikan diatas, kita bisa melakukan refleksi dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan. Refleksi sendiri Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Pada tahap refleksi peneliti juga perlu untuk mengungkapkan hasil penelitian dengan megungkapkan kelebihan dan kekurangannya. Jika penelitin tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana penelitian berikutnya. Refleksi handaknya mengungkankan kendala pada tahap pertama dan kekuranganya sehingga pada tahap berikutnya bisa memperbaiki penelitian tindakan.

c) Pengertian Pendekatan Scientific

Menurut penjelasan yang peneliti kutip dari Wilkipedia Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik mengadaptasi langkah langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji Hipotesis.


d) Langkah Langkah Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Scientific

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses  embelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

mengamati;

Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

menanya;

Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

mengumpulkan informasi/eksperimen;

Mengumpulkan informasi/eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

mengasosiasikan/mengolah informasi; dan

Mengasosiasikan/mengolah informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

mengkomunikasikan.

Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

e) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah (LOTS)

Lower Order Thinking Skills atau LOTS adalah sebuah kemampuan berpikir siswa secara fungsional. Biasanya, siswa yang hanya memiliki kemampuan berpikir LOTS akan mendapatkan informasi atau materi belajar dengan cara menyalin, meniru, menghafal, mengingat, dan mengikuti arahan-arahan dari orang lain. Kemampuan berpikir seperti ini dinilai sebagai kemampuan berpikir pada tingkatan rendah, saat ini dengan kemampuan berpikir LOTS peserta didik dianggap tidak akan mampu menghadapi tantangan era industry 4.0 menuju era interaksi social 5.0, selain itu dalam menjalankan kehidupan kedepan peserta didik memungkinkan akan mengalami kegagalan dalam persaingan memenuhi kebutuhan pasar, yang semakin hari semakin meningkat yang berakibat pada meningkatnya jumlah pengangguran, dan akan menjadi permasalah social dan ekonomi kedepan, oleh karenanya upaya untuk meningkatkan kemampuan berppikir siswa dari LOTS menjadi HOTS harus diupayakan sedini mungkin terutama pada lembaga formal yang dinaungi pemerintah, semisal Sekolah Negeri.

f) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

“Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi. 

Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya. 

Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam belajar. 

Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif. 

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.”

Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya dari Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai proses tingkat tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Berdasarkan penjelasan para ahli diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi wajib dimiliki oleh peserta didik karena dengan kemampuan tersebut peserta didik dapat berpikir secara kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. Yang akan berimplikasi pada meningkatnya kemampuan peserta didik dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan nantinya.


BAB III

C. METODOLOGI PENELITIAN


1) SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian tindakan kelas atau PTK pada penelitian kali ini adalah siswa Kelas IV pada Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2, dengan jumlah siswa 31 orang,  laki – laki berjumlah 15 orang  dan siswa perempuan berjumlah 16 orang, dan subjek pelaku adalah guru sebagai peneliti

2) TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN

Letak Geografis Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2, Peneliti mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi peneliti.

Sekolah dasar Negeri 1 tutuyan 2 sendiri berlokasi di provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondor Timur Kecamatan Tutuyan Desa Tutuyan 2. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian terletak di ibukota kabupaten bolaang Mongondow Timur namun lokasinya berada didalam gang dan dihimpit oleh beberapa rumah masyarakat.

Waktu Penelitian 

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester 2 Tahun pelajaran 2021/2022


3) HIPOTESA KAJIAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian dalam kajian pustaka yang telah peneliti tulis dan susun dengan mengutip beberapa pendapat yang dapat dijadikan referensi dan terpercaya maka dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki hipotesa sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari pendekatan dalam pembelajaran  terhadap peningkatan kemampuan berfikir peserta didik

H2 : Kemampuan berfikir tingkat tinggi hanya didapatkan dari pembiasaan pelibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran

H3 : Dengan mengaplikasikan pendekatan Scientific dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik secara bertahap

H3 : Dengan mengkombinasikan pendekatan Scientific dengan metode dan model pembelajaran akan maka tujuan pembelajaran yang didapat akan optimal.

4) INDIKATOR PENCAPAIAN PENELITIAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian tindakan kelas yang telah diuraikan sebelumnya yakni “meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) Menjadi tingkat tinggi (HOTS) pada materi Iman Kepada Malaikat – Malaikat ALLAH melalui pendekatan Scientific siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara. Maka Peneliti menentukan indikator pencapaian penelitian sebagai berikut :

Pemahaman siswa terkai Iman Kepada Malaikat – Malaikat ALLAH berdasarkan evaluasi pembelajaran dengan bentuk soal HOTS dan tes akhir siklus dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas pemahaman dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan kriteria 75% dari total siswa dalam kelas, tuntas minimal pada tingkat C4 atau memuaskan dengan sedikit kekurangan. 

Perubahan Kemampuan Berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi HOTS atau Tingkat Tinggi terlihat dari adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari minimum aktivitas belajar siswa berkategori aktif atau baik. 

Prosentase hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.


5) DESKRIPSI PERSIKLUS

SIKLUS I

1. Pada Siklus I akan dilaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan scientific Guru mengajak peserta didik untuk belajar bersama di luar kelas sekitar lingkungan sekolah yang memungkinkan untuk pelaksanaan proses pembelajaran dengan membawa papan tulis atau media pembelajaran lainnya yang relevan. Kemudian Guru meminta peserta didik untuk mengamati dan membaca terlebih dahulu Q.S. al-Baqarah/2:285 berikut artinya selanjutnya Melalui motivasi dari guru, peserta didik  mengajukan pertanyaan tentang  makna beriman kepada Malaikat Allah Swt. selanjutnya Peserta didik diarahkan menanyakan tentang arti dan kandungan ayat Q.S. al-Baqarah/2:285 selanjutnya Guru menanyakan kepada salah seorang peserta didik tentang apa yang dipahami dari Q.S. al-Baqarah/2:285 tersebut. Dilanjutkan dengan memberikan penguatan dengan membacakan Q.S. al-Baqarah/2:285 yang kemudian diikuti oleh peserta didik secara bersama. Lanjut guru  meminta salah seorang peserta didik untuk membaca kembali arti Q.S. al-Baqarah/2:285 dan peserta didik lainnya ikut menyimak arti tersebut. Kemudian peserta didik diberikan waktu minimal 5 s.d. 7 menit kepada peserta didik untuk mendiskusikan secara berkelompok arti ayat tersebut. Selanjutnya Peserta didik diminta untuk menyampaikan hasil diskusinya dan guru memberikan penguatan berupa penjelasan singkat tentang arti dan kandungan ayat tersebut. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan meminta peserta didik secara berkelompok mengamati gambar yang ada di dalam buku teks dan meminta mereka mendiskusikan dan menghubungkan dengan apa yang mereka lihat atau rasakan secara nyata, contoh: hembusan angin yang menerpa tubuh mereka. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain mengemukakan pertanyaan dan pernyataan. Dilanjutkan Guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi peserta didik dan kemudian menjelaskan apa yang ada dalam buku teks tentang makna beriman kepada Malaikat Allah. pada kolom kegiatan “Insya Allah, kamu bisa,” guru meminta agar peserta didik secara berpasangan menjelaskan kembali tentang makna beriman kepada malaikat Allah sebagai penguatan materi. pada akhir kegiatan inti pembelajaran Peserta didik menjelaskan/menceritakan kembali tentang beriman kepada Malaikat Allah Swt Peserta didik diminta untuk menjelaskan kembali tentang makna beriman kepada malaikat Allah. Dan Menyampaikan hasil diskusi baik secara individu maupun perwakilan kelompok dan menyampaikan kesimpulan. Pada akhir pembelajaran guru akan melakukan evaluasi dengan menggunakan soal berbentuk HOTS kemudian dari hasil evaluasi tersebut akan diketahui apakah penerapan pendekatan Scientific sudah berhasil atau tidak, jika belum berhasil maka akan diperbaiki dan dilanjutkan dengan siklus II

SIKLUS II

Pelaksanaan Siklus II akan sangat bergantung dari pelaksanaan Siklus I, jika pelaksanaan siklus I dirasa sudah mendapatkan hasil yang optimal yang tentu saja dibuktikan dengan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan sebelumnya oleh guru, maka siklus II tidak perlu lagi dilaksanakan, peneliti hanya akan langsung melakukan refleksi dan menyusun laporan, namun jika penelitian menemukan hal sebaliknya maka pada siklus 2 akan dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dan penerapan pendekatan Scientifik atau pada factor yang mempengaruhi tidak tercapainya hasil yang diinginkan pada siklus I


BAB IV

DAFTAR PUSTAKA


Maria Emanuela Ine, Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Pasar, hal. 3-4 https://eprints.uny.ac.id/21909/1/26%20Maria%20Emanuela%20Ine.pdf, diakses 24 JUli 2021)

Prof.Dr. Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta:GP Press Group, 2013)

Dr.Mu’alimin MPd.I, Rahmat Arofah Cahyadi,S.Pd.MPd.I,Penelitian Tindakan Kelas teori dan Praktik (Pasuruan : Granding Pustaka, 2014),

Yoki Ariyana, MT. Widyaiswara, Dr. Ari Pudjiastuti M.Pd. Reisky Bestary, M.Pd. Prof. Dr. Zamroni, Ph.D, Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018) 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latar Belakang Kewajiban Zakat Fitrah dalam Bentuk Makanan Pokok

  Zakat fitrah, atau zakat al-fitr, adalah salah satu dari kewajiban yang ditetapkan dalam Islam bagi setiap Muslim menjelang akhir bulan Ra...