إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Tak ada ungkapan yang lebih pantas untuk kita sampaikan pada kesempatan kali ini, selain ungkapan puji dan syukur kepada ILAHI ROBBI, ALLAHU ROBBUL ‘AALAMIIN. Karena dengan limpahan nikmat-NYA kita semua bisa berada dalam keadaan sehat wal ‘afiyat, kita semua masih bisa dalam keadaan lapang, dan yang paling penting kita semua masih bisa menjaga Tauhid kita, masih bisa menjaga iman kita. Yakni tidak ada Tuhan yang pantas di sembah selain ALLAH Jalla Wa’alaa dan Nabi Muhammad Shollahu ‘Alaihi Wasallam adalah Nabi dan Rosul Kita.
Semoga Tauhid ini, Semoga Iman ini tetap di dada, tetap di hati sanubari kita, tetap terucap di lisan kita dan tetap melaksanakan konsekuensi dari iman ini yakni tetap menjalankan semua perintah ALLAH dan Rosulnya sampai hayat lepas dikandung badan. Sehingga kita berpulang kepada ALLah dalam keadaan husnul khotimah.
Sholawat dan salam mari tetap kita haturkan kepada manusia yang paling baik akhlaknya dimuka bumi ini, satu satunya manusia yang mampu memberikan syafaat untuk manusia akhir zaman atas izin ALLAH yakni Baginda Rosulullah Muhammad Shollallahu ‘alaihi Wasallam. Marilah senantiasa kita beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan dari beliau yang telah beliau contohkan melalui Sunnah - sunnah beliau. Baik yang berupa qowliyah atau ucapan beliau, baik secara fi’liyah atau perbuatan beliau dan baik melalui takrir beliau atau persetujuan dari beliau. Semoga dengan usaha ini diakhirat kelak kita diakui sebagai umat dari Rosululullah Shollallahu ‘alaihi wasallam dan bisa masuk ke surganya Allah Ta’alaa kelak.
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Marilah Kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita yakni dengan cara melaksanakan semua perintah ALLAH dan menjauhi semua larangan Allah.
Karena hanya dengan keimanan dan ketaqwaan yang seperti ini bisa mendatangkan keridhoaan dari Allah Jalla Wa’Alaa.
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631)
Di kesempatan yang mulia ini, khotib ingin sedikit menjelaskan tentang ketiga perkara yang disebutkan dalam hadits diatas, namun khotib akan lebih memfokuskan pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan anak yang sholeh serta nasehat bagaimana cara mendapatkan anka yang sholeh yang semoga berguna bagi khotib dan keluarga pada khususnya serta jamaah pada umummnya
Yang pertama adalah sedekah jariyah
Sedekah jariyah adalah sebutan bagi sedekah yang terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia.
Ini dikarenakan sesuatu yang ia sedekahkan ketika waktu hidup dengan ikhlas dank karena mengharapkan ridho Allah Jalla Wa’alaa. Masih di pergunakan atau masih di fungsikan oelh orang yang ia sedekahi.
Contohnya : Mushaf Alquran, Pembangunan Masjid, Perlengkapan Sholat, membangunkan rumah untuk musafir atau orang fakir dan miskin dan sedekah lainnya yang pada intinya digunakan atau di fungsikan terus menerus oleh yang di sedekahinya.
Hal ini sesuai dengan yang disabdakan oleh Rosulullah Shollallahu ‘alai wasallam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:
1. Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
2. Anak shalih yang ia tinggalkan.
3. Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.
4. Masjid yang ia bangun.
5. Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
6. Sungai yang ia alirkan.
7. Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Yang kedua adalah ilmu yang bermanfaat
Ilmu yang dimaksud dalam hadits ini adalah ilmu agama, ilmu ilmu tentang syariat agama yang membuat manusia menjadi insan yang bertaqwa
Hal ini senada seperti yang dijelaskan oleh ulama ulama ahli hadits berikut ini :
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) rahimahullaah mengatakan, “Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tetapi dalam urusan duniawi, seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian, dan ilmu perdagangan.”
[2] Imam Ibnu Rajab (wafat th. 795 H) rahimahullaah mengatakan, “Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal. Pertama, mengenal Allah Ta’ala dan segala apa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskan adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap, dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan sabar atas segala musibah yang Allah Ta’ala berikan. Kedua, mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap di dalam hati, maka sungguh, hati itu akan merasa khusyu’, takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qana’ah dan zuhud di dunia.”
[3] Imam Mujahid bin Jabr (wafat th. 104 H) rahimahullaah mengatakan, “Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya sedikit. Dan orang yang bodoh adalah orang yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala meskipun ilmu-nya banyak.
”Perkataan beliau rahimahullaah menunjukkan bahwa ada orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya, namun ilmu tersebut tidak bermanfaat bagi orang tersebut karena tidak membawanya kepada ketaatan kepada Allah Ta’ala.
4. Imam Ibnu Rajab (wafat th. 795 H) rahimahullaah mengatakan, “Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an, penjelasan makna hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam ter-kemuka yang mengikuti jejak mereka…
”[5] Imam al-Auza’i (wafat th. 157 H) rahimahullaah ber-kata, “Ilmu itu apa yang dibawa dari para Shahabat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, adapun yang datang dari selain mereka bukanlah ilmu.
”Beliau juga mengatakan, “Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an, penjelasan makna hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam terkemuka yang mengikuti jejak mereka.
Jama’ah shalat Jumat yang semoga dirahmati oleh Allah,
Yang ketiga adalah Doa anak yang Sholeh
Hadits ini sangat gambalang menyatakan doa yang akan kita dapati ketika kita telah wafat dan berada dialam kubur adalah doa anak yang Sholeh.
Bukan sekedar doa seorang anak. Tapi Rosulullah menambahkan kata sholeh didalamnya.
Anak yang dimaksud dalam hadits ini sepakat para ulama yaitu adalah anak kandung.
Kemudian apa yang dimaksud dengan sholeh ?
Terkait kesholehan telah Allah jelaskan dalam alquran suroh An – Nisa ayat 69:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Siapa saja yang menaati (ketentuan) Allah dan rasul-Nya, niscaya mereka kelak akan bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh-Nya, yaitu para nabi, kalangan shiddiq, syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka adalah sebaik-baik sahabat,” (Surat An-Nisa ayat 69).
Imam Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya mengartikan orang saleh sebagai orang yang baik amal lahir dan amal batinnya. Sedangkan Imam Khazin dalam tafsirnya mengatakan, “as-shālihīn” adalah kata jamak “shālih,” yaitu orang yang sama baiknya baik lahir maupun batinnya. Ia juga mengutip pandangan ahli tafsir lain bahwa orang saleh adalah orang yang akidahnya benar dan amalnya sesuai pedoman sunnah dan ketaatan kepada agama.
Jadi kita bisa menarik kesimpulan bahwa anak yang sholeh adalah anak kandung yang melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah sesuai dengan tuntunan Rosulullah Shollallahu ‘ Alaihi wasallam.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Jama’ah shalat Jumat yang semoga senantiasa istiqamah di jalan Allah,
Ada beberapa hal yang khotib bisa sampaikan untuk bisa mendapatkan anak yang sholeh :
Pertama: Orang tua terlebih dahulu berusaha untuk menjadi saleh.
Karena siap menjadi orang tua artinya siap menjadi teladan untuk keluarga, bukan sekedar memberi makan, pakaian, dan mencukupi kebutuhan anak.
Keberhasilan Ibrahim ’alaihissalam mendapatkan karunia anak saleh seperti Isma’il ’alaihissalamadalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang saleh. Allah ’azza wajalla menegaskan:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Pujian Allah ’azza wajalla untuk Ibrahim ’alaihissalam ini tentu saja didapatkannya setelah ia berusaha dan berusaha menjadi sosok pribadi yang dicintai oleh Allah ’azza wajalla.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kedua: Bersungguh-sungguhlah meminta dan mencita-citakan kepada Allah ‘azza wajalla anugerah berupa anak saleh.
Allah Ta’ala mengabadikan doa-doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tentang hal itu di dalam al-Quran:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Wahai Rabbku, karuniakanlah untukku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh.” (QS. al-Shaffat: 100)
رَبِّ اجْعَلْنِى مُقِيمَ الصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
“Wahai Rabbku, jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat, juga dari keturunanku. Wahai Rabb kami, kabulkanlah doaku.” (QS. Ibrahim: 40)
Ini semua menunjukkan akan kesungguhan seorang ayah yaitu nabi Ibrahim dan juga cita-cita besarnya.
Mungkin banyak di antara kita yang sekedar mau memiliki anak yang saleh. Tapi siapa di antara kita yang sungguh-sungguh berdoa memintanya kepada Allah dengan mata yang berderai air mata?
Siapa di antara kita yang secara konsisten melangitkan doa-doa terbaiknya untuk keluarga dan anak-anaknya?
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Ketiga: Konsisten mencari rezeki yang halal untuk keluarga
Dalam pandangan Islam, apa yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berpengaruh terhadap perilakunya.
Karena itu, Islam mewajibkan kepada setiap orangtua untuk memberikan hanya makanan halal yang diperoleh melalui harta yang halal kepada anak-anak mereka. Bahkan nafkah yang halal untuk keluarga akan dinilai sebagai sedekah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا أَنْفَقَ عَلَى أَهْلِهِ كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً
“Sesungguhnya seorang muslim itu jika ia memberi nafkah kepada keluarganya, maka itu akan menjadi sedekah untuknya.” (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh al-Albani)
Usaha memberi nafkah yang halal tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Dan untuk itu, kita harus selalu mengingat peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tantangan tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak lagi peduli apa yang ia kumpulkan; apakah dari yang halal atau dari yang haram?” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah juga telah berpesan:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنَ السُّحْتِ، النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Tidak akan masuk surga daging tumbuh dari harta haram, karena neraka lebih pantas untuknya.” (HR. Al-Tirmidzi dengan sanad yang shahih)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Keempat: Memberikan kasih sayang kepada anak tapi tidak memanjakannya
Bukan berarti tidak diperbolehkan untuk memberikan fasilitas kepada anak mengingat zaman sudah sedemikian maju, hanyasanya apakah fasilitas yang ada tersebut justru akan melenakannya dan semakin menjauhkannya dari jaminan selamat dari azab akhirat.
Bukankah Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada kita dalam firmman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah diri dan keluarga kalian dari api nerakan yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (QS. At-Tahrim: 6)
Apakah kita rela membiarkan anak-anak terpanggang dalam kobaran api neraka? Apakah kita rela membiarkan anak-anak yang kita sayangi itu menjadi bahan bakar neraka Allah? Na’udzu billah min dzalik.
Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta’ala agar kita semua di tempat ini bisa menjadi anak yang sholeh dan anak anak kita semua menjadi anak yang sholeh. Sehingga kita dan orang tua kita bisa mendapatkan keutamaan dari doa anak yang sholeh.
Jangan lupa untuk memperbanyak shalawat di hari Jumat ini. Siapa yang bershalawat sekali, maka Allah akan membalasnya sepuluh kali.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar