Sabtu, 07 Agustus 2021

Kiamat dan Tanda - Tandanya



Dalam bahasa Arab, kiamat atau yaumul qiyamah merupakan hari pemusnahan semua kehidupan, yang kemudian akan diikuti oleh kebangkitan dan penghakiman oleh Tuhan. Beberapa ayat dalam Alquran menyebutkannya sebagai Penghakiman Terakhir. Tidak ada satupun makhluk yang tahu hari terjadinya atau meramalkan kapan kiamat akan terjadi, karena hal tersebut adalah hak prerogatif Allah SWT., sebagaimana disebutkan dalam surat Al-A’raf ayat 187:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya:

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’  Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.  Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba’.  Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’.

Urutan terjadinya kiamat dalam Islam

Hadits menyebutkan beberapa peristiwa yang terjadi sebelum hari kiamat, yang digambarkan sebagai beberapa tanda kecil dan tanda besar atau yang disebut Kiamat Sugra dan Kiamat Kubra. 

Kiamat Sugra: Merupakan kiamat yang menghancurkan sebagian alam, maka dari itu sering disebut sebagai kiamat kecil. Kejadian-kejadian kiamat kecil ini kerap diabaikan oleh manusia. Selama periode ini pula, korupsi dan kekacauan politik dunia akan menguasai bumi.

Kiamat Kubra: Kemudian muncul Masih ad-Dajjal, atau Dajjal (mirip dengan Antikristus dalam agama Kristen), yang nantinya Nabi Isa (Yesus) akan muncul, mengalahkan Dajjal dan menetapkan periode damai, membebaskan dunia dari kekejaman. Peristiwa ini akan diikuti dengan masa ketenangan ketika orang hidup sesuai dengan nilai-nilai agama.

Namun, Kiamat Kubra juga merupakan kehancuran alam semesta yang ditandakan oleh tanda-tanda kiamat, terutama ketika sangkakala telah ditiup oleh Malaikat Israfil. Hari kiamat ini merupakan hari akhir alam semesta ketika Allah SWT melenyapkan segala kehidupan yang ada di dalamnya.

Meski hanya Allah SWT yang mengetahui kapan hari kiamat, namun menurut hadis, Allah SWT memberi tahu bahwa kiamat Kubra terjadi pada hari Jum’at:

“Sebaik-baik matahari terbit adalah hari jum’at. Pada hari Jum’at Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukan ke dalam surga dan pada hari Jum’at itu juga dia dikeluarkan dari Surga. Hari Kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jum’at.” (HR. Muslim No. 854)

Dalil mengenai hari Kiamat

Dalam Islam, dalil dapat dibagi menjadi dua yaitu dalil naqli yang adalah Alquran dan hadis Nabi dan dalil aqli yang adalah pemikiran ulama. Alquran dan hadis Nabi disebut dalil naqli karena isinya diambil dari Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Allah, serta dari perbuatan Nabi dan sahabatnya.Keduanya bukan berasal dari manusia, karena merupakan wahyu Allah. Dalil naqli sudah pasti benar hukumnya.

Sementara, dalil aqli merupakan dalil yang diperoleh dari bukti ilmu pengetahuan dan argumentasi ulama (orang-orang yang memiliki kemampuan pengetahuan tentang hal tersebut) argumen yang dihasilkan oleh para pemikir Islam, atau disebut sebagai ijtihad ulama.

Berikut dalil naqli tentang hari kiamat:

Al-Hajj Ayat 7

“Dan sungguh, hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.”

Al-Qari’ah Ayat 4-5

“Pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”

Al-Zalzalah Ayat 1-2

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya.”

Az-Zumar Ayat 68

“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua makhluk yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi sangkakala itu, maka seketika itu mereka bangun dari kuburnya menunggu keputusan Allah…”

Al-Muzammil Ayat 18

“Langit terbelah pada hari itu, janji Allah pasti terlaksana.”

Itulah pengertian hari Kiamat dalam ajaran agama Islam, agar umatnya semakin memperkuat iman dan takwa. Semoga bermanfaat juga buat kamu, ya, Bela.

Pertanda kecil

Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khamr, berlomba-lomba dalam membangun, dan lain-lain. Terkadang sebagiannya muncul menyertai tanda kiamat besar atau bahkan sesudahnya.


Pertanda hari kiamat telah di sampaikan oleh Nabi Muhammad sekitar 1400 tahun yang lalu, dibawah adalah pertanda hari penghakiman yang dikutip dari Harun Yahya dan lainnya, berdasarkan hadits shahih.


Diutus dan wafatnya Nabi Muhammad.

Terbelahnya bulan pada masa penyebaran Islam.

Api dari tanah Hijaz yang menerangi punuk-punuk unta.

Terhapusnya jizyah dan pajak.

Munculnya Khawarij.

Penggembala menjadi kaya.

Dicabutnya nikmat waktu, maka waktu berputar serasa lebih cepat.

Banyaknya kaum wanita dan sedikitnya kaum pria.

Baitul Maqdis runtuh.

Jazirah Arab kembali penuh dengan kebun-kebun & sungai-sungai.

Sungai Efrat mengeluarkan bukit emas.

Banyak terjadi al Harj yaitu pembunuhan massal.

Penghancuran kota-kota besar oleh tangan manusia (akibat perang) dan peristiwa alamiah.

Kehancuran nilai moral

Perzinahan dilakukan secara terbuka dan bebas

Pengingkaran terhadap agama

Agama sebagai simbol atau tameng untuk kepentingan pribadi,

Umat Islam berlomba membangun memperindah masjid dan membangga-banggakannya, padahal nabi tidak pernah memerintahkan untuk bermegah-megah dalam membangun masjid,

Umat Islam banyak membaca Al Qur'an tetapi tidak mengamalkannya dengan benar dan menentang hadist dan sunnah,

Kemusyrikan merajalela dikalangan umat Islam dan mempercayai ramalan rasi bintang,

Mengingkari qadar (takdir atau ketetapan Allah).

Kehancuran tatanan masyarakat/ dominannya fitnah.

Disia-siakannya amanat/ segala urusan ditangani oleh yang bukan ahlinya,

Menyebarnya riba dan harta haram,

Kecurangan/ banyak penguasa dan polisi kezhaliman,

Ketergantungan pada obat bius dan minuman keras.

Penyanyi wanita dan alat-alat musik menjadi populer dan musik banyak dimainkan di tempat-tempat maksiat (dibarengi dengan khamr dan pelacuran),

Orang berlomba-lomba membangun gedung-gedung pencakar langit

Pertanda besar

Tanda kiamat besar adalah perkara yang sangat besar yang muncul di mana kiamat sudah sangat dekat sekali, kemunculannya tidak biasa terjadi dan mayoritas tanda-tandanya belum muncul, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa, Ya’juj dan Ma’juj, terbit matahari dari Barat, dan lain-lain.

Hudzaifah bin Arsyad al-Ghifari berkata, sewaktu kami sedang berbincang, tiba-tiba datang Nabi Muhammad kepada kami lalu bertanya, “Apakah yang kamu semua sedang bincangkan?” Lalu kami menjawab, “Kami sedang membincangkan tentang hari Kiamat.” Muhammad bersabda: “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda.

Kesepuluh tanda besar yang telah diucapkan oleh Muhammad adalah sebagai berikut:

Muncul dukhan (asap) yang menutupi bumi selama 40 hari,

Munculnya Dajal,

Turunnya Nabi Isa,

Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj

Munculnya Dabbatul Ard yaitu monster melata dari perut bumi,

Matahari terbit dari sebelah barat,

Tiga gerhana terjadi di Timur, Barat dan Jazirah Arab,

Keluarnya api dari kota Yaman menghalau manusia ke tempat pengiringan mereka yaitu mahsyar

Kemudian tanda-tanda yang lainnya adalah sebagai berikut:

Bangsa Arab akan dipimpin oleh seorang dari keturunan Muhammad dengan nama yang sama persis yaitu, Muhammad bin Abdullah alias Imam Mahdi.

Muncul angin yang lebih lembut dari sutera dari Yaman,

Hilangnya Islam, Al Qur'an dan musnahnya orang-orang shaleh,

Manusia kembali ke zaman jahiliah dan penyebahan berhala,

Penghancuran Ka'bah oleh Dzus-Suwaiqatayn,

Selasa, 03 Agustus 2021

Toleransi dalam Pandangan Q.S. Al - Kafirun


Toleransi atau Toleran secara bahasa kata ini berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu (perseorangan) baik itu dalam masyarakat ataupun dalam lingkup yang lain. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. Toleransi terjadi karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.

Contoh sikap toleransi secara umum antara lain: menghargai pendapat mengenai pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita, serta saling tolong-menolong antar sesama manusia tanpa memandang suku, ras, agama, dan antar golongan.

Istilah toleransi mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah toleransi beragama, yang merupakan sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut agama lain, seperti:

Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita;

Tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun; serta

Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing.

Toleransi dan bersikap saling menghargai satu sama lain dalam perbedaan merupakan cerminan pribadi yang ideal. Walaupun rasa saling menghargai sering dinodai dengan adanya perbedaan pendapat dan perselisihan. Untuk itu, semua manusia pasti menginginkan adanya kedamaian dengan tingkat toleransi yang tinggi satu sama lain, karena kita hidup didunia ini tidak sendirian dan pasti memerlukan bantuan dari manusia lainnya. Kita hidup bersosial, bertetangga, bermasyarakat dalam suatu kelompok dan komunitas yang beragam seperti berbedanya suku, agama, ras dan lainnya. Tetapi yang perlu kita tahu dan ingat, Tuhan juga telah menciptakan kita dengan berbagai perbedaan satu sama lain. Tujuannya, agar kita belajar saling menghargai satu sama lain dan rukun serta harmonis diantara sesama. Jika hal itu kita lakukan maka perselisihan, percekcokan, dan permusuhan satu sama lain tidak akan ada. Yang ada, akan membuat kita saling menguatkan, saling memberi motivasi dan inspirasi bahkan saling harmonis satu sama lain. 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat". (Q.S. Al Hujurat:10).

Yang kita tangkap dari ayat ini ialah semua manusia yang ada di bumi ini adalah Saudara, tidak peduli tentang agamanya apa dan budayanya seperti apa karena memperbaiki sebuah hubungan sangat dianjurkan untuk kita sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain, kita dapat merasakan kedamaian dan banyak sekali nikmat yang kita rasakan seperti.

-Membawa ketenangan didalam hidup.

-Menjadi pribadi yang berkarakter positif.

-Menjadi contoh yang baik untuk generasi generasi berikutnya.

Cara paling sederhana untuk menghargai seseorang ialah menghargai pendapat orang lain. Sebab, setiap orang punya pendapat dan caranya masing-masing untuk melakukan sesuatu. Berbeda pendapat itu wajar, yang tidak wajar itu jika tidak menghargai perbedaan tersebut. Mari kita saling menghargai.

Kandungan surat Al Kafirun salah satunya adalah mengajarkan kita mengenai toleransi beragama. Surat Al Kafirun merupakan surat ke seratus sembilan dalam Alquran. Surat ini juga termasuk ke dalam surat Makkiyah dan terdiri dari enam ayat. Surat Al Kafirun artinya adalah orang-orang kafir. Surat ini dinamakan demikian karena memerintahkan Rasulullah untuk berbicara kepada orang-orang kafir bahwa beliau tidak akan menyembah berhala. Surat Al Kafirun juga dinamakan sebagai Al ‘Ibadah karena memploklamirkan bahwa beribadah hanya kepada Allah SWT. Surat Al Kafirun memiliki beberapa kandungan di dalamnya. Surat ini menunjukan perbedaan ibadah umat muslim dari umat lainnya. Surat ke seratus sembilan juga berisi penolakan tegas ajakan kafir Quraisy untuk menyembah berhala walau hanya untuk sesaat. Al Kafirun menegaskan bahwasanya tidak ada kompromi dalam perkara aqidah. Surat berisi enam ayat ini juga menegaskan bahwa Rasulullah SAW tidak akan menyembah berhala milik orang kafir sampai kapan pun. Kandungan surat Al Kafirun juga berisi ajaran toleransi dalam beragama. Dalam surat ini tidak diajarkan untuk memaksa orang lain dalam beribadah dan menyembah Tuhan. Agama adalah pilihan dan nnatinya akan mendapatkan balasan sesuai dengan pilihan tersebut. 

Minggu, 25 Juli 2021

Batasan Minimal Jumlah Jamaah Solat Jum'at

 


Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

semakin masif dan mudahnya memperoleh informasi dan menyebarluaskannya, sesungguhnya dapat memberikan manfaat positif kepada kita namun juga secara bersamaan dapat memberikan pengaruh negatif bagi alam pemikiran kita, hendaknya keterbukaan informasi yang ada saat mampu memperkaya khazanah kita dalam berpikir sehingga dapat membentuk sudut pandang yang lebih luas, seluas samudra ilmu pengetahuan yang ada. harus dipahami bahwa kemempuan mendapatkan informasi dan mengolahnya menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mengambil kesimpulan dari sebuah problematika yang ada. termasuk didalamnya problematika dalam menjalankan ibadah. Sebagaimana dipahami, sejak zaman dahulu terdapat perbedaan pandangan di antara para ulama terhadap persoalan - persoalan tertentu yang dalam Islam disebut sebagai masalah khilafiyah. persoalan khilafiyah ini merupakan persoalan dari cabang-cabang agama, bukan pokok ajaran Islam. Perbedaan terjadi karena pesan yang disampaikan dalam ayat Al-Qur’an bersifat global dan abstrak sehingga memungkinkan terjadinya banyak tafsir. Perbedaan pandangan dan saling klaim kebenaran ini juga muncul di dalam konten-konten yang diunggah di berbagai platform media.

sebelumnya harus disepakati perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah dan setiap yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam agama berhak memiliki pandangan dan pendapat yang sesuai dengan keyakinannya, hanya saja dalam berpendapat hendaknya setiap pendapat yang kita jadikan hujjah harus dirujuk dari, Alqur'an, Sunnah/Hadits, Pendapat tabi', tabi'in, dan para alim ulama'. namun jika pendapat atau pandangan kita dapat dipatahkan dengan pendapat yang hujjahn yang shahih dan disepakati oleh sebagian besar ulama yang ada, maka hendaknya kita mengkaji lagi pendapat kita tanpa menjadikan perbedaan itu sebagai penghalang dalam bersaudara seiman dan seagama, tentusaja pendapat yang dijadikan hujjah tidaklah boleh bertentangan dari ajaran pokok agama islam, semisal Aqidah. kita boleh berbeda dalam tatacara pelaksanaan peribadatan namun dalam ajaran - ajaran atau perintah perintah esensial haram hukumnya jika berbeda. 

ada banyak kasus perbedaan yang terjadi dewasa ini, yang terkadang karena perbedaan pandangan menyebabkan terciptanya jurang pembatas antara muslim satu dengan muslim yang lain, contohnya penetapan batas minimal jumlah jamaah saat melaksanakan Solat Jum'at. banyak diantara kita bahkan dipelosok - pelosok daerah terpencil meyakini bahwa batasan jumlah minimal jamaah solat jum'at adalah 40 orang jika kurang maka solat jum'at dinyatakan tidak sah, hal ini merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdillah, yang bunyinya begai berikut :

 عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : مَضَتِ السُّنَّةُ أَنَّ فِى كُلِّ ثَلاَثَةٍ إِمَامًا، وَفِي كُلِّ أَرْبَعِينَ فَمَا فَوْقَ ذَلِكَ جُمُعَةٌ وَفِطْرٌ وَأَضْحًى، وَذَلِكَ أَنَّهُمْ جَمَاعَةٌ 

Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu beliau berkata, “Sunnah (amal yang sesuai dengan petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) yang telah dilakukan (sejak dulu) bahwa pada setiap tiga orang maka ada (seorang) yang dijadikan sebagai imam dan pada setiap empat puluh orang atau lebih dari itu maka (boleh mendirikan) shalat Jum’at, Idul fithri dan Idul Adha, karena mereka adalah jama’ah.”

seorang yang membaca hadit's ini tanpa bimbingan dan petunjuk dari ulama lain, atau tidak membandingkannya dengan pendapat para alim ulama yang lain, tentu akan semakin yakin bahwa pandangan yang mereka miliki adalah pandangan yang benar dan bagi mereka yang berada diluar pandangan ini adalah pengikut ajaran islam yang salah, dan harus diberikan petunjuk atasnya, harus kita akui implikasi seperti yang saya sampaikan sebelumnya ini sering terjadi. padahal menurut pandangan ulama Hadits ini adalah hadits yang lemah atau bahkan sangat lemah, karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdirrahman al-Qurasyi, dia dinyatakan sebagai rawi yang lemah riwayatnya oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab beliau yang tersebut di atas. Bahkan Imam Ahmad t berkata tentrang rawi ini, “Hapuslah hadits (yang diriwayatkan)nya karena itu dusta atau palsu.” Imam ad-Daraquthni berkata, “Hadits (yang diriwayatkan)nya mungkar (diingkari karena sangat lemah). 

Imam al-Baihaqi rahimahullah sendiri menilai hadits ini lemah setelah membawakannya. Hadits ini juga diisyaratkan kelemahannya oleh Imam Ibnul Jauzi, az-Zaila’i dan al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani  rahimahullah.Hadits ini dihukumi sebagai hadits yang sangat lemah oleh Syaikh al-Albani. selain itu Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah hadits yang lemah dan tidak boleh dijadikan sebagai dalil (argumentasi).” Ada beberapa riwayat lain yang semakna dengan riwayat di atas, dari Abu ad-Darda’ Radhiyallahu anhu dan Abu Umâmah Radhiyallahu anhu, akan tetapi semua itu tidak ada asal-usulnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar rahimahullah. Imam ‘Abdul Haq rahimahullah berkata, “Tidak ada satu haditspun yang shahih tentang jumlah (orang dalam shalat Jum’at)”. kemudian Syaikh ‘Abdullah al-Bassam rahimahullahjuga pernah berkata, “Dalam pembahasan ini ada beberapa hadits yang tidak ada asal-usulnya”. Ada riwayat lain yang menyebutkan jumlah lima puluh orang, dari Abu Umâmah rahimahullah, akan tetapi riwayat ini juga sangat lemah, karena dalam sanadnya ada rawi yang ditinggalkan riwayatnya (karena kelemahannya yang fatal) dan rawi yang lemah. Demikian pula beberapa riwayat lain yang dijadikan dalil untuk menetapkan jumlah empat puluh orang sebagai syarat kebolehan mendirikan shalat Juma’at, akan tetapi semua riwayat itu tidak menunjukkan makna tersebut. Misalnya riwayat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu yang dikeluarkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah (3/180). Imam Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Riwayat ini tidak berkaitan dengan shalat Jum’at.”Juga riwayat Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu yang dinyatakan hasan derajatnya oleh Imam Ibnu Hajar rahimahullah dan Syaikh al-Albani rahimahullah, akan tetapi riwayat ini tidaklah menunjukkan pensyaratan jumlah tersebut dan hanya kebetulan jumlah tersebut yang ada pada waktu itu, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam asy-Syaukani dan Syaikh al-Albani.  Kesimpulannya adalah tidak ada satupun hadits shahih yang menyebutkan jumlah empat puluh orang sebagai syarat untuk mendirikan shalat Jum’at, demikian juga jumlah yang lebih atau kurang dari itu.

Cukuplah hadits shahih berikut yang sebagai bantahan terhadap pendapat yang bersandar kepada hadits lemah di atas. Dari Jabir bin ‘Abdillah rahimahullah bahwa suatu ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berdiri menyampaikan khutbah di hari Jum’at, lalu datanglah kafilah dagang (yang membawa makanan) dari Syam, maka orang-orang (yang berada di Masjid) segera keluar menuju ke kafilah dagang tersebut, sehingga tidak tersisa (jama’ah yang shalat di Masjid) kecuali dua belas orang. Hadits ini menunjukkan bahwa jumlah yang kurang dari empat puluh orang tetaplah boleh mendirikan shalat Jum’at. Sebagaimana hadits ini juga tidak bisa dijadikan sebagai argumentasi untuk menetapkan jumlah minimal pelaksanaan shalat Jum’at adalah dua belas orang, sebagaimana pendapat dari sebagian para ulama, karena kejadian yang disebutkan dalam hadits tersebut hanya kejadian tertentu dan jumlah dua belas orang tersebut hanyalah bersifat kebetulan, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai dalil untuk menetapkan jumlah tersebut

sejalan dengan pendapat ini dua organisasi keagamaan islam di indonesia yakni Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah juga berpendapat selayaknya pendapat diatas. Dalam fatwanya, Muhammadiyah menegaskan bahwa jumlah jamaah sholat Jumat minimal 40 orang termasuk masalah khilafiyah (tak ada kesepakatan) di kalangan mazhab, sebagai syarat sahnya sholat Jumat. ‘’Ulama Hanafiyah mensyaratkan sahnya sholat Jumat adalah tiga orang jamaah, selain iman,’’ ungkap fatwa Muhammadiyah itu. Menurut Mazhab Hanafiyah, meski yang mendengarkan khutbah Jumat hanya seorang saja dan saat melangsungkan sholat, makmum berjumlah tiga orang adalah sah. Sedangkan, menurut Malikiyah, jamaah sholat Jumat itu paling sedikit 12 orang, selain imam. Mazhab ini berpendapat, seluruh anggota jamaah sholat Jumat itu haruslah orang-orang yang berkewajiban melakukannya. ‘’Tidak sah kalau di antara 12 jamaah itu, salah satunya terdapat wanita atau musafir atau anak kecil,’’ tutur fatwa itu. Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hambaliyah mensyaratkan sholat Jumat itu harus terdiri dari 40 jamaah, bahkan sebagian ulama Hambaliyah mengharuskan 50 jamaah.  Menurut ulama Muhammadiyah perbedaan pendapat soal jumlah minimal  jamaah Jumat itu didasarkan pada arti kata jamak ‘’cukuplah tiga’’, dan ada pula yang mendasarkan pada riwayat Jabir.

Jabir mengungkapkan bahwa berdasarkan sunah yang telah berjalan, kalaau terdapat 40 orang atau lebih, dirikanlah sholat Jumat. Namun, Albaihaqi menyatakan bahwa riwayat Jabir itu tak bisa dijadikan hujjah. Ada pula riwayat Ka’ab bin Malik yang menyatakan bahwa sholat Jumat pertama di Baqi dikerjakan 40 orang. Menurut ulama Muhammadiyah, dalam riwayat itu tak ditegaskan jumlah minimal jamaah sholat Jumat, namun hanya menceritakan jumlah orang yang menunaikan Jumat pertama. ‘’Yang jelas bahwa sholat Jumat itu sebagaimana disepakati ulama harus dilakukan secara berjamaah,’’ ungkap Majelis Tarjih dan Tajdid  PP Muhammadiyah. Hal itu didasarkan pada hadis riwayat Abu dawud dari Thariq bin Syihab. ‘’Mengenai batas minimum tak disebutkan dalam hadis, sehingga melangsungkan sholat Jumat tidak dibatasi jumlah minimal dan maksimalnya, yang penting berjamaah,’’ demikian fatwa ulama Muhammadiyah untuk menjawab pertanyaan yang kerap bergulir di kalangan umat. 

Lalu bagaimana ulama NU menanggapi masalah ini?  Masalah ini telah dibahas dalam Muktamar ke-4 NU di Semarang pada 19 September 1929. Dalam fatwanya, ulama NU menyatakan, jika jumlah jamaah pada sebuah desa kurang dari 40 orang, maka mereka boleh bertaklid kepada Abu Hanifah. ‘’Dengan ketentuan harus menunaikan rukun dan syarat menurut ketentuan Abu Hanifah. Tetapi lebih utama supaya bertaklid kepada Imam Muzan dari golongan Mazhab Syafi’I,’’ demikian kesepakatan ulama NU terkait masalah jumlah minimal jamaah sholat Jumat. Selain itu, ulama NU juga membolehkan penyelenggaraan sholat Jumat di kantor-kantor. Syaratnya, sholat Jumat itu diikuti orang-orang yang tinggal menetap sampai bilangan yang menjadi syarat sah-nya sholat Jumat terpenuhi. Selain itu, tidak terjadi penyelenggaraan Jumat lebih dari satu. 

dengan dikuatkannya pendapat para ulama sebelumnya oleh pendapat para ulama yang tergabung dalam organisasi keagamaan inslam yakni NU dan Muhammadiyah seharusnya bisa menjadi penerang dalam alam pemikiran kita, bukankah Allah Subhanahu Wata'ala telah Berfirman dalam Al-qur'an Surat An-nisa ayat 59 :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

dari ayat diatas seharusnya kita dapat menyadarkan kita bahwa pendapat yang diberikan para ulama tentu bukanlah sebuah pendapat yang berasal dari khayalan atau karangan para ulama, tentu saja mereka mengabil kesimpulan dari sebuah permasalahan berdasar dari Al-Qur'an dan hadits, dan jika pendapat para ulama sudah ada maka wajib bagi kita untuk mengikutinya, namun jika pendapat para ulama dianggap masih kurang dan kita tidak sepakat atasnya maka anda dipersilahkan namun tidak boleh juga mengatakan sesat bagi mereka yang mengikuti pendapat para ulama ini. sekian insyaallah bermanfaat bagi kita semua. semoga Allah Subahanahu wata'ala senantiasa memberikan kemudahan dalam memahami ilmu Agama, Amiiin.

wassalamualaikum, Wr.Wb

Sabtu, 24 Juli 2021

Proposal PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH (LOTS) MENJADI TINGKAT TINGGI (HOTS) PADA MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC SISWA KELAS IV SDN 1 TUTUYAN 2 (IMAM HANDOYO/PAI 1.3)



UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH (LOTS) MENJADI TINGKAT TINGGI (HOTS) PADA MATERI IMAN KEPADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC SISWA KELAS IV SDN 1 TUTUYAN 2 

(IMAM HANDOYO/PAI 1.3)


BAB 1

A. PENDAHULUAN


1. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan peserta didik disekolah adalah bagian daru upaya besar untuk memperoleh perubahan mendasar dari peserta didik, perubahan ini meliputi tiga ranah yakni, ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

Pada ranah afektif peserta didik dituntut mengalami perubahan pada sikap dan tingkah laku, dalam kaitannya dengan kurikulum 2013 ranah afektif ini bertalian dengan sikap spiritual dan sikap sosial yang dimiliki siswa, yang wajib mengalami perubahan dan peningkatan. Sementara itu ranah kognitif bertalian dengan Kompetensi Inti 3 yakni peserta didik yang telah melakukan proses belajar mengajar akan dianggap berhasil jika mengalami perubahan dan peningkatan pengetahuannya yang dimilikinya dan dapat dilihat atau dibuktikan dari proses evaluasi diakhir pembelajaran.

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dipengaruhi dari berbagai macam faktor yang ada, diantaranya faktor internal peserta didik, guru, dan lingkungan belajar. Ketiga faktor ini dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran disamping beberapa faktor pendukung lainnya. Sementara itu setelah dilakukan observasi pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 ditemukan bahwa peserta didik tidak mampu mengerjakan soal dengan bentuk Higher Order Thinking Skill (HOTS) siswa hanya mampu mengerjakan soal dalam bentuk LOTS, kemampuan seperti ini sungguh sangat riskan dan menyedihkan, mengingat pertama peserta didik sudah ada pada level kelas tinggi pada Sekolah Dasar, kedua dalam menghadapi tantangan global dan refolusi industri 4.0 maka peserta didik dituntut untuk dapat berpikir kirtis dan tinggi sehingga kelak akan berdampak pada kehidupannya sehari – hari di masa depan nanti. 

Pada Penelitan Tindakan Kelas kali ini, peneliti memiliki asumsi bahwa jika pendidik menginginkan keberhasilan dalam sebuah proses pembelajaran dan kemampuan berfikir peserta didik akan mengalami peningkatan semula LOTS menjadi HOTS yang dilihat dari hasil evaluasi belajar peserta didik di akhir pembelajaran, maka dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru wajib menggunakan pendekatan scientific sebab seperti yang dikatan Maria Emanuela Ine dalam jurnalnya yang berjudul (Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi)  ”pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pendekatan scientific lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif”. Sejalan dengan pandangan diatas maka peneliti menganggap penelitian kali ini akan memberi jawaban yang kongkret bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran scientific peserta didik pemahaman peserta didik terkait dengan iman kepada malaikat akan semakin meningkat, dan harapan terjadinya perubahan dan peningkatan dalam ranah kognitif akan terwujud dalam evaluasi diakhir pembelajaran.

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ketidak berhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI&BP) pada materi Iman Kepada Malaikat – Malikat ALLAH  disebabkan oleh masalah - masalah di bawah ini:

1. Hasil Evaluasi Pembelajaran PAI&BP menggunakan soal dengan bentuk HOTS sangat rendah

2. Pendidik terbiasa untuk tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

3. Pendidik belum mencoba untuk membiasakan peserta didik berprikir kritis dalam pembelajaran


3. ANALISIS MASALAH

Berdasarkan Identifikasi Masalah Yang sudah dilakukan diatas, maka peneliti mencoba menganalisis berbagai masalah yang sebelumnya sudah di identifikasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki peserta didik tidak didapat dengan hanya berharap pada materi yang diberikan tetapi juga tergantung dari proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini.

Setidaknya proses pembelajaran dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dan membudayakan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dalam setiap pembelajaran, selain itu peserta didik juga semestinya diupayakan untuk dapat mengidentifikasi masalah lewat pembelajaran yang dapat dilakukan dengan basis dari permasalahan faktual yang dihadapi oleh peserta didik atau permasalahan yang sementara menjadi viral saat ini kemudian diintegrasikan dalam materi pembelajaran yang sesuai. Upaya – upaya ini dapat dilakukan dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran, sebab pendekatan scientific pada hakikatnya lebih menekankan pada pelibatan peserta didik secara aktif dan berupaya menmbudayakan kemampuan berfikir kritis dalam proses pembelajarannya.

4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu : Bagaimana penggunaan pendekatan Scientific dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah menjadi tingkat tinggi pada materi iman kepada malaikat – malaikat ALLAH siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara?

5. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) Menjadi tingkat tinggi (HOTS) pada materi Iman Kepada Malaikat – Malaikat ALLAH melalui pendekatan Scientific siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara

6. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu : 

Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini memberi masukan atau pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi (HOTS) melalui pendekatan Scientific pada materi Iman Kepada Malaikat

Bagi Guru 

Melalui hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan guru untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran melalui pendekatan Scientific. 

Melalui hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi ( HOTS)

Bagi Siswa 

.Membantu siswa meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi ( HOTS) Pada Materi Iman Kepada Malaikat

.Memberi kesempatan pada siswa untuk mendapatkan pendekatan pembelajaran yang berbeda dari biasanya

Memberi kesempatan pada siswa untuk meningkatkan partisipasi dan aktif dalam pembelajaran.

BAB II

B. KAJIAN PUSTAKA


1. PENELITIAN TINDAKAN KELAS

a) PENGERTIAN PTK

Proses belajar mengajar disekolah, tak lepas dari berbagai factor yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya, ada berbagai factor yang menjadi penyebab baik atau buruknya hasil sebuah proses pembelajaran, seorang guru yang professional harus bertindak layaknya seorang dokter, bila seorang dokter didatangai seorang pasien yang ingin berobat, maka hal pertama yang dilakukannya adalah memerikasa kemudian mendiagnosanya, setelah dilakukan diagnose maka dokter memberikan obat sebagai bagian dari solusi dalam rangka mencapai kesembuhan pasien dari penyakitnya, hal yang sama seharusnya mampu dilakukan oleh seorang guru yang professional, guru harus mampu mendiagnosa penyebab merosotnya sebuah hasil pembelajaran, namun diagosa yang dilakukan oleh guru bukan diagnose yang timbul dari hasil pemikiran dan perkiraan guru semata. Setidaknya diagnose yang dilakukan haruslah ilmiah dan mampu dipertanggung jawabkan dalam dunia akademisi.

Menjawab tantangan diagnose tadi guru dapat melakukan Penelitian terhadap proses pembelajaran, ada banyak pilihan penelitian yang dapat dilakukan oleh guru namun pada umumnya, guru banyak menggunakan Action Reserch atau penelitian tindakan dalam meneliti proses pembelajaran yang akan digunakan sebagai refleksi perbaikan proses dan metode mamupun pendekatan yang telah dilakukan.

Seperti yang bisa kita dapatkan dari penjelasan berbagai buku modul maupun jurnal penelitian tindakan berasal dari kata action research yang berasal dari bahasa Inggris. Selain itu dalam dunia penelitian terdapat beberapa istilah lain yang sama-sama diterjemahkan dari kata action research, misalnya riset aksi, kaji tindak, dan riset tindakan. Menilik dari sejarah penggunaan penelitian tindakan ini. ‘Penelitian tindakan ini digunakan pertama kali oleh Kurt Lewin, seorang sosiolog Amerika yang bekerja pada proyek - proyek kemasyarakatan yang berkenaan dengan integrasi dan keadilan sosial di berbagai bidang seperti perumahan dan ketenagakerjaan’. Karena dilaksanakan di kelas, maka penelitian tindakan ini dikenal dengan istilah penelitian tindakan kelas. 

Jika melihat sejarah dari penelitian yang dilakukan oleh Kurt tadi dapat disimpulkan bahwa pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya. 

“Menurut Carr & Kemmis (Mc Niff 1991:2) “action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participant (teacher, student or principals, for exemple) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educationa practice, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutional) in which the practice are carried out. 

Dari pandangan di atas dapat dipaparkan beberapa kata kunci berkenaan dengan penelitian tindakan kelas sebagai berikut : 

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri (penyelidikan) yang dilakukan melalui refleksi diri. 

Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang terjadi yaitu guru, murid, atau kepala sekolah. 

Dilakukan pada latar pendidikan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik pendidikan. 

Sedangkan menurut Mill (2000) penelitian tindakan kelas sebagai penyelidikan yang sistematis (sistematic inquiry) yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah untuk mengetahui praktik pembelajaranya”.

b) LANGKAH LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Agar dalam pelaksanaan dilapangan PTK mencapai hasil yang optimal dan sesuai dengan harapan peneliti, maka penyusunan PTK harus melalui tahap-tahap penyusunan PTK. Tahap-tahap penyusunan PTK adalah sebagai berikut:

Perencanaan merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan segala hal, perencanaan yang matang diharapkan mampu membawa hasil yang optimal dari sebuah kegiatan, dalam penelitian sendiri perencanaan merupakan satu hal yang penting dan harus dilakukan sebab seperti yang sudah dikatakan sebelumnya hendaknya dalam melakukan segala sesuatu harus didasarkan pada perencanaan. 

Pada tahap ini peneliti dapat menjelaskan dan menentukan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal seharusnya tidak dilakukan sendiri dan tidak melibatkan orang lain dalam penelitiannya, seharusnya penelitian seperti ini dapat  dilakukan secara berpasangan (kolaboratif) antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan. 

Pada tahap ini, agar hasil penelitian menjadi obyektif maka diharapkan untuk bisa berkolaborasi. Biasanya pengamatan yang dilakukan pada diri sendiri memungkinkan munculnya subyektifitas. Dalam berbagai referensi yang telah peneliti baca penelitian kolaborasi seperti yang dijelaskan sebelumnya sangat dianjurkan bagi peneliti pemula atau guru yang belum pernah melakukan penelitian.

Kemudian dalam praktik kolaborasi, ada baiknya pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang mengamati adalah guru yang senior atau yang ahli dan perna melakukan penelitian tindakan. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga kegiatan dasar yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah (mengerucutkan identifikasi masalah), dan pemecahan masalah dengan tindakan yang dilandasi oleh teori yang ada. Kemudian dalam pelaksanaan nanti langkah – langkah yang bisa dilakukan adalah :

Membuat rencana pembelajaran dan sekenario tindakan yanga akan dilakukan. Mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan Penelitian Tindakan Kelas

Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, alat peraga, media, meja dan segala keperluan yang dibutuhkan dalam rencana pembelajaran. 

Menyiapkan alat perekam, cara merekam serta cara melakukan pengamatan pada proses dan hasil kerja siswa. Selain itu cara melakukan analisis data baik pada hasil observasi maupun pada hasil kerja siswa.

Mempraktikan sendiri hasil rancangan yaitu mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan dan metode tindakan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus melihat jam mengajarnya.

Setelah melakukan apa yang telah peneliti sampaikan diatas, kita bisa melakukan refleksi dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan. Refleksi sendiri Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Pada tahap refleksi peneliti juga perlu untuk mengungkapkan hasil penelitian dengan megungkapkan kelebihan dan kekurangannya. Jika penelitin tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana penelitian berikutnya. Refleksi handaknya mengungkankan kendala pada tahap pertama dan kekuranganya sehingga pada tahap berikutnya bisa memperbaiki penelitian tindakan.

c) Pengertian Pendekatan Scientific

Menurut penjelasan yang peneliti kutip dari Wilkipedia Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik mengadaptasi langkah langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji Hipotesis.


d) Langkah Langkah Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Scientific

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses  embelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

mengamati;

Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

menanya;

Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

mengumpulkan informasi/eksperimen;

Mengumpulkan informasi/eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

mengasosiasikan/mengolah informasi; dan

Mengasosiasikan/mengolah informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

mengkomunikasikan.

Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

e) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah (LOTS)

Lower Order Thinking Skills atau LOTS adalah sebuah kemampuan berpikir siswa secara fungsional. Biasanya, siswa yang hanya memiliki kemampuan berpikir LOTS akan mendapatkan informasi atau materi belajar dengan cara menyalin, meniru, menghafal, mengingat, dan mengikuti arahan-arahan dari orang lain. Kemampuan berpikir seperti ini dinilai sebagai kemampuan berpikir pada tingkatan rendah, saat ini dengan kemampuan berpikir LOTS peserta didik dianggap tidak akan mampu menghadapi tantangan era industry 4.0 menuju era interaksi social 5.0, selain itu dalam menjalankan kehidupan kedepan peserta didik memungkinkan akan mengalami kegagalan dalam persaingan memenuhi kebutuhan pasar, yang semakin hari semakin meningkat yang berakibat pada meningkatnya jumlah pengangguran, dan akan menjadi permasalah social dan ekonomi kedepan, oleh karenanya upaya untuk meningkatkan kemampuan berppikir siswa dari LOTS menjadi HOTS harus diupayakan sedini mungkin terutama pada lembaga formal yang dinaungi pemerintah, semisal Sekolah Negeri.

f) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

“Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi. 

Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya. 

Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam belajar. 

Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif. 

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.”

Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya dari Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai proses tingkat tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Berdasarkan penjelasan para ahli diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi wajib dimiliki oleh peserta didik karena dengan kemampuan tersebut peserta didik dapat berpikir secara kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. Yang akan berimplikasi pada meningkatnya kemampuan peserta didik dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan nantinya.


BAB III

C. METODOLOGI PENELITIAN


1) SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian tindakan kelas atau PTK pada penelitian kali ini adalah siswa Kelas IV pada Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2, dengan jumlah siswa 31 orang,  laki – laki berjumlah 15 orang  dan siswa perempuan berjumlah 16 orang, dan subjek pelaku adalah guru sebagai peneliti

2) TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN

Letak Geografis Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2, Peneliti mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi peneliti.

Sekolah dasar Negeri 1 tutuyan 2 sendiri berlokasi di provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondor Timur Kecamatan Tutuyan Desa Tutuyan 2. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian terletak di ibukota kabupaten bolaang Mongondow Timur namun lokasinya berada didalam gang dan dihimpit oleh beberapa rumah masyarakat.

Waktu Penelitian 

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester 2 Tahun pelajaran 2021/2022


3) HIPOTESA KAJIAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian dalam kajian pustaka yang telah peneliti tulis dan susun dengan mengutip beberapa pendapat yang dapat dijadikan referensi dan terpercaya maka dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki hipotesa sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari pendekatan dalam pembelajaran  terhadap peningkatan kemampuan berfikir peserta didik

H2 : Kemampuan berfikir tingkat tinggi hanya didapatkan dari pembiasaan pelibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran

H3 : Dengan mengaplikasikan pendekatan Scientific dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik secara bertahap

H3 : Dengan mengkombinasikan pendekatan Scientific dengan metode dan model pembelajaran akan maka tujuan pembelajaran yang didapat akan optimal.

4) INDIKATOR PENCAPAIAN PENELITIAN

Berdasarkan tujuan dari penelitian tindakan kelas yang telah diuraikan sebelumnya yakni “meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) Menjadi tingkat tinggi (HOTS) pada materi Iman Kepada Malaikat – Malaikat ALLAH melalui pendekatan Scientific siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara. Maka Peneliti menentukan indikator pencapaian penelitian sebagai berikut :

Pemahaman siswa terkai Iman Kepada Malaikat – Malaikat ALLAH berdasarkan evaluasi pembelajaran dengan bentuk soal HOTS dan tes akhir siklus dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas pemahaman dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan kriteria 75% dari total siswa dalam kelas, tuntas minimal pada tingkat C4 atau memuaskan dengan sedikit kekurangan. 

Perubahan Kemampuan Berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi HOTS atau Tingkat Tinggi terlihat dari adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari minimum aktivitas belajar siswa berkategori aktif atau baik. 

Prosentase hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.


5) DESKRIPSI PERSIKLUS

SIKLUS I

1. Pada Siklus I akan dilaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan scientific Guru mengajak peserta didik untuk belajar bersama di luar kelas sekitar lingkungan sekolah yang memungkinkan untuk pelaksanaan proses pembelajaran dengan membawa papan tulis atau media pembelajaran lainnya yang relevan. Kemudian Guru meminta peserta didik untuk mengamati dan membaca terlebih dahulu Q.S. al-Baqarah/2:285 berikut artinya selanjutnya Melalui motivasi dari guru, peserta didik  mengajukan pertanyaan tentang  makna beriman kepada Malaikat Allah Swt. selanjutnya Peserta didik diarahkan menanyakan tentang arti dan kandungan ayat Q.S. al-Baqarah/2:285 selanjutnya Guru menanyakan kepada salah seorang peserta didik tentang apa yang dipahami dari Q.S. al-Baqarah/2:285 tersebut. Dilanjutkan dengan memberikan penguatan dengan membacakan Q.S. al-Baqarah/2:285 yang kemudian diikuti oleh peserta didik secara bersama. Lanjut guru  meminta salah seorang peserta didik untuk membaca kembali arti Q.S. al-Baqarah/2:285 dan peserta didik lainnya ikut menyimak arti tersebut. Kemudian peserta didik diberikan waktu minimal 5 s.d. 7 menit kepada peserta didik untuk mendiskusikan secara berkelompok arti ayat tersebut. Selanjutnya Peserta didik diminta untuk menyampaikan hasil diskusinya dan guru memberikan penguatan berupa penjelasan singkat tentang arti dan kandungan ayat tersebut. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan meminta peserta didik secara berkelompok mengamati gambar yang ada di dalam buku teks dan meminta mereka mendiskusikan dan menghubungkan dengan apa yang mereka lihat atau rasakan secara nyata, contoh: hembusan angin yang menerpa tubuh mereka. Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain mengemukakan pertanyaan dan pernyataan. Dilanjutkan Guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi peserta didik dan kemudian menjelaskan apa yang ada dalam buku teks tentang makna beriman kepada Malaikat Allah. pada kolom kegiatan “Insya Allah, kamu bisa,” guru meminta agar peserta didik secara berpasangan menjelaskan kembali tentang makna beriman kepada malaikat Allah sebagai penguatan materi. pada akhir kegiatan inti pembelajaran Peserta didik menjelaskan/menceritakan kembali tentang beriman kepada Malaikat Allah Swt Peserta didik diminta untuk menjelaskan kembali tentang makna beriman kepada malaikat Allah. Dan Menyampaikan hasil diskusi baik secara individu maupun perwakilan kelompok dan menyampaikan kesimpulan. Pada akhir pembelajaran guru akan melakukan evaluasi dengan menggunakan soal berbentuk HOTS kemudian dari hasil evaluasi tersebut akan diketahui apakah penerapan pendekatan Scientific sudah berhasil atau tidak, jika belum berhasil maka akan diperbaiki dan dilanjutkan dengan siklus II

SIKLUS II

Pelaksanaan Siklus II akan sangat bergantung dari pelaksanaan Siklus I, jika pelaksanaan siklus I dirasa sudah mendapatkan hasil yang optimal yang tentu saja dibuktikan dengan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan sebelumnya oleh guru, maka siklus II tidak perlu lagi dilaksanakan, peneliti hanya akan langsung melakukan refleksi dan menyusun laporan, namun jika penelitian menemukan hal sebaliknya maka pada siklus 2 akan dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dan penerapan pendekatan Scientifik atau pada factor yang mempengaruhi tidak tercapainya hasil yang diinginkan pada siklus I


BAB IV

DAFTAR PUSTAKA


Maria Emanuela Ine, Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Pasar, hal. 3-4 https://eprints.uny.ac.id/21909/1/26%20Maria%20Emanuela%20Ine.pdf, diakses 24 JUli 2021)

Prof.Dr. Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta:GP Press Group, 2013)

Dr.Mu’alimin MPd.I, Rahmat Arofah Cahyadi,S.Pd.MPd.I,Penelitian Tindakan Kelas teori dan Praktik (Pasuruan : Granding Pustaka, 2014),

Yoki Ariyana, MT. Widyaiswara, Dr. Ari Pudjiastuti M.Pd. Reisky Bestary, M.Pd. Prof. Dr. Zamroni, Ph.D, Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018) 







Jumat, 23 Juli 2021

Gambaran UMUM Penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah)



Karya tulis ilmiah sering dikesankan sebagai karya tulis yang formal dan sulit dipahami oleh masyarakat awam. Sehingga banyak diantara kita yang merasa berat ketika dituntut untuk menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah dapat dipahami sebagai tulisan yang disusun berdasarkan fakta atau analisa, disajikan dengan menggunakan bahasa baku dan memberikan informasi yang bersifat obyektif dan rasional. karya tulis ilmiah juga dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya ilmiah berisikan data, fakta, dan solusi mengenai suatu masalah yang diangkat. Penulisan karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis. Di samping itu, karya tulis ilmiah juga disajikan dengan metode penulisan yang kemudian disusun sedemikian rupa yang bertujuan untuk memastikan otentisitas dan originalitas karya penulis. Orisinalitas diambil dari pengertian bahwa karya yang dihasilkan tidak pernah ditulis oleh orang lain secara tertulis. Karya ilmiah, khususnya skripsi, tesis, atau desertasi semaksimal mungkin harus memperlihatkan sisi orisinalitasnya. Sebuah skripsi, tesis, atau desertasi, bisa dikatakan orisinal apabila memenuhi beberapa kriteria seperti yang diajukan oleh Murray (2002, hlm. 53, lihat juga Philips & Pugh, hlm. 61-62) sebagai berikut:

Penulis mengatakan sesuatu yang belum pernah dikatakan oleh orang lain

Penulis melakukan karya empiris yang belum dilakukan sebelumnya

Penulis menyintesis hal yang belum pernah disentesis sebelumnya

Penulis membuat interpretasi baru dari gagasan atau hasil karya orang lain

Penulis melakukan sesuatu yang baru dilakukan di Negara lain, tapi belum dilakukan di Negara nya

Penulis mengambil teknik yang ada untuk mengaplikasikannya dalam bidang atau area yang baru

Sementara itu dalam penulisan karya ilmiah juga sering disebut istilah plagiarisme, Plagiarisme atau sering disebut pelagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri (KBBI, 1997, 775). Pelagiat di anggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain (Hasan, 1980, 2721). Pemerintah Indonesia sendiri melalui Permendiknas No.17 tahun 2010 mendifinisikan pelagiat sebagai perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai. Kita harus menyadari bahwa plagiarisme merupakan salah satu bentuk kekjahatan akademik, dan tidak dapat ditolerir terjadi pada sebuah karya tulis ilmiah. Sekecil apapun dan dalam bentuk apapun jika sudah disebut sebagai kejahatan maka tentu saja bersifat merugikan orang lain, dan bagi mereka yang melakukan sejatinya berdosa dihadapan tuhan yang maha kuasa.

Secara umum ada dua bentuk karya tulis yang sering dipublikasikan, yaitu bentuk tulisan populer dan non-populer karya ilmiah populer adalah suatu bentuk karya yang tetap berpegang pada prinsip keilmiahan, namun dijelaskan dengan bahasa yang umum dan lebih santai sampai dengan desain layout yang menarik sehingga pembaca tertarik dan mudah memahami. Karya ilmiah popular dan non popular bisa dibedakan sebagai berikut :

1. Karya ilmiah menggunakan bahasa baku dan formal sedangkan karya ilmiah populer memakai bahasa yang santai atau informal.

2. Karya ilmiah menggunakan gaya bahasa yang kaku sedangkan pada karya ilmiah populer disajikan dengan gaya bahasa yang lebih bebas.

3. Karya ilmiah biasa dipublikasikan di perpustakaan, website pendidikan, untuk kalangan pendidikan saja sedangkan karya ilmiah populer dipublikasikan melalui media massa seperti: tabloid, majalah, koran, untuk khalayak umum. 

Baik karya ilmiah popular maupun non popular harus disusun sesuai dengan prinsip dan ketentuan tertentu. Karya ilmiah yang baik harus mematuhi prinsip-prinsip yaitu objektif, prosedur dan rasional. Objektif maksudnya karya ilmiah harus disusun sesuai fakta atau bukti di lapangan. Prosedur artinya kesimpulan yang diambil harus berdasarkan penalaran deduktif dan induktif. Rasional maksudnya semua data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan pemikiran logis atau bisa diterima akal sehat. Saat ini terdapat banyak Karya ilmiah dapat kita temukan dalam berbagai bentuk dan model, namun pada prinipnya, semua karya tulis ilmiah itu sama yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Yang membedakan hanyalah materi, susunan, tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah. Adanya perbedaan ini karena disesuaikan dengan kebutuhan, dan keperluannya, diantaranya:Makalah, artikel jurnal ilmiah, reviw buku dan lain sebagainya

Suatu karya ilmiah dikatan baik apabila memiliki ciri-ciri antara lain :1. Logis (dapat diterima oleh akal sehat manusia) 2. Objektif (isi karya ilmiah sesuai dengan objek yang diteliti dan apa adanya) 3. Sistematis (penulisan karya ilmiah harus disusun secara runtut dan saling berhubungan atau berkaitan) 4. Lengkap (semua masalah yang diungkapkan itu dibahas dan diberi penjelasan selengkap-lengkapnya) 5. Lugas (pembahasannya langsung kepada masalah utama tidak perlu bertele-tele) 6. Saksam (penulis harus berusaha menghindarkan diri dari segala kesalahan betapa pun kecilnya) 7. Empiris (Kebenarannya dapat diuji) 8. Terbuka (memliki konsep atau cara pandang keilmuannya dapat berubah seandainya muncul pendapat baru) 9. Berlaku umum (semua kesimpulan-kesimpulannya dapat diterima banyak kalangan). 

Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan dalam komunikasi antar manusia. Meskipun secara teori bahasa adalah kesepakatan bersama untuk menggunakan simbol-simbol bunyi maupun tulis tertentu, namun pada kenyataannya dalam sebuah komunitas sering dibedakan antara bahasa formal dan bahasa tidak formal. Dalam karya tulis ilmiah menggunakan bahasa dengan karakteristik tertentu yakni :

1. Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku. Penulisannya disesuaikan dengan EYD.

2. Menggunakan istilah-istilah ilmiah yang relevan dengan bahasan karya ilmiah.

3. Memilih kalimat yang efektif, sehingga dapat menyampaikan gagasan secara singkat dan jelas.

4. Hubungan setiap masalah, penyelesaian, pencegahan dan sebagainya saling berkesinambungan.

5. Hindari berbahasa ambigu atau memiliki pengertian lain sehingga sulit dipahami.

6. Menggunakan kalimat pasif dari kalimat aktif.

7. Konsisten terhadap tema yang dibahas, juga dengan hal yang dituliskan dari awal hingga akhir.

Sejatinya karya tulis ilmiah diterima berbagai kalangan sebagai sumber rujukan atau landasan dalam berpikir, oleh sebabnya guru harus mampu membuat karya ilmiah dari hasil refleksi pembelajaran semisan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas, dan harapan saya semoga setelah pembelajaran ini saya mampu menghasilkan karya tulis ilmiah yang bermanfaat bagi saya dan banyak orang umumnya.

 

Gambaran Umum PTK (Struktur, dan Pembuatannya)



Seperti yang telah dijelaskan dalam pembehasan sebelumnya secara umum PTK adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar. PTK dilakukan dalam rangka mencermati tindakan yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, PTK dilaksanakan ketika dirasa terjadi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga diperlukan tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas kita perlu memahami tahapan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dibawah ini akan saya tampilkan diagram tahapan penelitian tindakan kelas yang perlu kita pahami bersama.



Berdasarkan peta konsep yang diatas Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan dalam Penelitian tindakan Kelas, pertama  perencanaan (planning), kedua pelaksanaan (acting), ketiga pengamatan (observing), dan keempat refleksi (reflecting). Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam melakukan perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan – tindakan yang khusus terkait apa yang dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang diharapkan. Selain itu pada saat melakukan perencanaan penelitian tindakan kelas ada baiknya kita juga mempertimbangkan untuk Mengidentifikasi permasalahan dan Menganalisa permasalahan secara mendalam dengan berpedoman pada teori- teori yang relevan. Setelah pertimbangan itu dilaksanakan, maka selanjutnya adalah kita mulai menyususun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci secara spesifik. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak penting dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaliknya perencanaan tersebut didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan. 

Jika dalam proses perencanan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang sudah sangat matang, maka bisa dikatakan bahwa proses tindakan hanya merupakan pelaksanaan perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak sesederhana yang dipikirkan. Karena dalam pelaksanaan biasanya terjadi hal – hal yang baru yang tidak terpikirkan pada saat melakukan proses perencanaan penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan sebab hal – hal yang ada padasaat dilapangan nanti sungguh sangat dinamis dan memerlukan respon yang cepat. Tetapi jangan sampai modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan yang telah dirumuskan tidak dilaksanakan, maka guru hendaknya merumuskan perencanaan kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh. Perlu menjadi catatan bagi kita semua dalam melaksanakan tindakan hendaknya juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi, pemantauan yang dilakukan dapat melibatkan berbagai pihak dan oleh karenanya sebaiknya diadakan sosialisasi materi pemantauan untuk menjaga agar data yang dikumpulkan tidak terpengaruh minat pribadinya. 

Dalam kaitannya dengan pengumpulan data guru hendaknya memperoleh data yang lebih obyektif, guru dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara. Sebab dengan penggunaan alat – alat optic semisal disebutkan sebelumnya guru dapat memperoleh data yang secara langsung sehingga pengaruh internal dalam pengawasan dapat dihindari. Selain itu pada setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, hendaknya guru melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperanan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang secara optimis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan. Seacara ilustratif, berkaitan dengan contoh permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka pemantauan dilakukan untuk mengamati selama pembelajaran, mengamati interaksi selama proses penyelidikan berlangsung, mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui asesmen kinerja, portofolio, tes, dan respon siswa melalui penyebaran angket. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan kelas. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik yang dimaksud diantaranya yakni, Catatan Anekdot, Catatan Lapangan, Deskripsi Perilaku Ekologis, Analisis Dokumen, Catatan Harian, Logs, Kartu Cuplikan Butir, Portfolio, Angket, wawancara, metode sosiometrik, checklist, rekaman pita, rekaman video, foto dan slide, penampilan subjek penelitian pada kegiatan penilaian. 

Data dalam PTK adalah segala bentuk informasi yang terkait dengan kondisi,  proses, dan keterlaksanaan pembelajaran, serta hasil belajar yang diperoleh siswa. Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif.

Ada berbagai teknik analisis data, seperti teknik analisis data kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga tiga komponen, yakni: reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan.

Pada langkah pemilihan data, pilihlah data yang relevan dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Data yang tidak relevan dapat dibuang, dan jika dianggap perlu, guru peserta dapat menambahkan data baru dengan mengingat kembali peristiwa atau fenomena yang terjadi selama pelaksanaan rencana tindakan. Kemudian guru melakukan tindakan mendeskripsikan data hasil temuan Pada kegiatan ini, guru peserta membuat deskripsi dari langkah yang yang dilakukan pada kegiatan tersebut. Selanjutnya guru melakukan tindakan menarik kesimpulan Berdasarkan deskripsi yang telah dibuat pada langkah sebelumnya tersebut, selajutnya dapat ditarik kesimpulan hasil pelaksanaan rencana tindakan yang telah dilakukan.

Terakir Sistematika penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan contohnya ini secara garis besar dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian penutup. Pertama Bagian awal laporan Penelitian Tindakan Kelas berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel. daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian isi memuat lima bab penting, yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta simpulan dan saran. Bagian penutup laporan Penelitian Tindakan Kelas berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Demikian gambaran umum dari prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas semoga bisa bermanfaat bagi kita semua.


Konsep Karya Tulis Ilmiah Dan Penelitian Tindakan Kelas



Ada beberapa pendapat ahli yang mencoba menerangkan tentang pengertian penelitian, misalnya menurut The Advanced Learner’s Dictionary of Current English penelitian berarti penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Tripodi dan Meyer penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Sama halnya dengan Penilitian tindakan kelas juga menggunakan metode ilmiah dalam melakukan penelitian. Oleh karena itu, sebelum pembahasan tentang Penelitian Tindak Kelas perlu dijelaskan terlebih dahulu hakikat metode ilmiah (scientific methods). Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, atau mengontrol fenomena. Tujuan ini didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah tujuan ini berhubungan dengan perolehan pengetahuan dan pengembagan serta pengujian teori-teori. Dibandingkan dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman, otoritas, penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan metode ilmiah tidak diragukan, paling efisien, dan paling terpercaya. Banyak masalah diasosiasikan dengan pengalaman dan otoritas sebagai sumber pengetahuan yang secara grafis diilustrasikan oleh sebuah cerita tentang Aristoteles. Menurut cerita, suatu hari Aristoteles menangkap seekor lalat dan secara hati-hati menghitung dan menghitung kembali kakinya. Tidak se-orang pun meragukan kata-kata Aristoteles. Untuk beberapa tahun penemuannya diterima secara tidak kritis. Karena lalat yang ditangkap Aristoteles telah mengalami kejadian kakinya hilang satu. Apakan anda percaya atau tidak cerita tersebut, itu telah memberikan ilustrasi keterbatasan bertumpu pada pengalaman seseorang dan otoritas sebagai sumber ilmu pengetahuan. Oleh karenanya sebuah penelitian harus didasari pada penggunaan metode ilmiah yang kompleks dan komprehensif sehingga dapat menghasilkan penelitian yang ajeg dan terpercaya.

Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan mengenai diterima dan ditolaknya hipotesis. Sebuah prodak penelitian akan dianggap sebuah hasil penelitian jika proses penelitiannya memiliki langkah dan ciri – ciri sebagai berikut pertama Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama; kedua Bertujuan meningkatkan, memdofikasi dan mengembangkan pengetahuan (menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan); ketiga Dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata; keempat Dapat disampaikan (dikomunikasikan) oleh peneliti lain; dan kelima Dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh peneliti lain. 

Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (terma- suk pendidikan). Menurut Kemmis dan Tagart penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kijian ini dija- dikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan eva- luasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya. Ada berbagai konsep penelitian tindakan yang ada saat ini yakni :

a) Partisipatory Action Research (PAR) 

b) Critical Action Research (CAR) 

c) Institutional Action Research (IAR) 

d) Classroom Action Research 

 Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, pene-litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilaku- kan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan ini diharapkan kualitas pendidikan di sekolah akan meningkat karena selalu terjadi perbaikan penyelenggaran pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal lainnya, pada hakikatnya penelitian tindakan kelah lebih simple dan merupakan refleksi dari pembelajan berbeda jika dibandingkan dengan penelitian formal lainnya hanya saja dalam melakukan penelitian tindakan kelas kita harus memperhatikan hal – hal berikut yakni : pertaama adanya pratisipasi dari peneliti dalam suatu program kegiatan; kedua, adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan; dan ketiga, adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan. Dengan demikian, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan.

Dilihat dari pelaksanaannya penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan praktek yang simple dan mudah sehingga guru tidak begitu memahami bentuk penelitan yang kompleks kemudian penelitian tindakan kelas bersifat reflektif artinya hasil dari penelitian ini dinamis atau terus berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu sehingga proses pembelajaran yang disertai dengan penelitian tindakan kelas akan terus berkembang dan meningkat kualitas pembelajaran dan diharapkan juga berdampak pada hasil belajar yang optimal.


Gambaran Umum Pembuatan RPP

 


Sebuah proses pembelajaran tentu saja mempunyai tujuan yang hendak dicapai, tergantung materi dan kompetensi yang ingin dikuasai, namun sejatinya semua pendidik menginginkan pencapaian yang optimal dari hasil sebuah proses pembelajaran. Untuk mencapai itu semua guru hendaknya mampu pertama menentukan materi dan waktu yang efektif dan efisien kedua seorang guru harus mampu mendeteksi semua factor yang mempengaruhi keberhasilan dan kelemahan dari seuah proses pembelajaran, ketiga guru harus mampu mengetahui sumberbelajar yang akan datan atau sudah terlewati. Kemampuan guru diatas dapat dirangkum dalam sebuah tindakan yakni dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan untuk melaksanakan proses pembelajaran tatap muka dalam satu pertemuan atau lebih, yang dikembangkan berdasarkan silabus untuk mengarahkan sebuah kegiatan pembelajaran dan penilaian peserta didik sehingga mampu mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru di setiap satuan pendidikan sajatinya wajib menyusun RPP untuk kelas atau mata pelajaran di mana guru tersebut mengajar. Penyusunan RPP semestinya dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran dimulai dan perlu diperbarui sesuai perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

Pembelajaran tanpa perencanaan cenderung mengalami kegagalan, karena tidak memiliki acuan atas apa yang harus dilakukan dalam mencapai keberhasilan sebuah pembelajaran pembelajaran. Selain berdasarkan amanat dari kurikulum 2013 persecanaan sebuah prose pembelajaran selayaknya dibuat untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia, para peserta didik perlu dibekali sejak dini dengan apa yang disebut keterampilan abad 21, khususnya keterampilan 4C yakni berpikir kritis dan memecahkan masalah (critical thinking and problem solving), bekerjasama (collaboration), berkreativitas (creativities), dan berkomunikasi (communication). Hal tersebut untuk mengembangkan keterampilan pendidik dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, kemampuan pendidik dalam memfasilitasi pelaksanaan pembelajaran dan penilaian, mengembangkan program pembelajaran. Sistematika RPP yang benar meliputi identitas sekolah, mata pelajaran, tema, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, kompetensi inti, KD dan IPK, tujuan pembelajaran (4C, PPK, Literasi dengan berfikir kritis dan pemecahan masalah), materi pembelajaran (sumber belajar, digital, alam, lingkungan masyarakat), metode, media (televisi,radio,alat musik, galeri seni, internet, lingkungan) sumber belajar (buku, data, orang, lingkungan, alam), langkah pembelajaran (pendahuluan: berdoa, mengkondisikan suasana belajar, menyampaikan materi, metode, tehnik penilaian  dengan Literasi, PPK, kegiatan inti : sintaks / langkah model pembelajaran dengan 4C,literasi, PPK dan Hots, penutup : ketercapian kompetensi dan review, memberi tugas dan salam menanamkan PPK), penilaian hasil belajar (sikap,pengetahuan,keterampilan) dan lampiran.

Menurut Bapak Mendikbud yakni Bapak Nadiem Makarin. hal yang penting dalam sebuah RPP sebagai kerangka acuan pembelajaran bukan tentang penulisannya, melainkan tentang adanya proses refleksi guru terhadap pelaksanaan pembelajaran yang terjadi. Tadinya rencana pelaksanaan pembelajaran sering diangkag sebagai pelengkap administrasi pembelajaran yang membosankan dan sangat panjang dalam penyususunan dan pembuatannya. Dengan adanya kebijakan baru tentang penyederhanaan RPP ini, guru bebas membuat, memilih, mengembangkan, dan menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada siswa. Efisien berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Efektif berarti penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berorientasi pada siswa berarti penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar siswa di kelas. Guru dapat tetap menggunakan format RPP yang telah dibuat sebelumnya, atau bisa juga memodifikasi format RPP yang sudah dibuat. Selain RPP masih ada perangkat yang lain harus dipersiapkan oleh guru, hal ini dilakukan untuk memenuhi instrumen akreditasi sekolah. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Penusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan kegiatan awal dalam melakukan kegiatan pembelajaran, keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan kualitas perencanaan yang dibuat. Inilah sebabnya penyusunan RPP penting bagi pendidik.


Gambaran Umum Pembuatan Silabus



Dalam wilkipedia Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”. Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar. Sedangkan menurut Kusnadar Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Sedangkan silabus menurut Yulaelawati adalah seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis, memuat tentang komponen-komponen yang saling berkaitan dalam mencapai penguasaan kompetensi dasar. Dari beberapa pengertian dan pendapat para ahli dapat saya simpulkan Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis yang memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.

Silabus juga merupakan salah satu komponen dari perangkat pembelajaran dari rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Ditinjau dari kegunaanya silabus setidaknya memiliki tiga manfaat pertama Silabus bermanfaat sebagai pedoman pengembangan perangkat pembelajaran lebih lanjut, mulai dari perencanaan, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan penilaian. Kedua Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, kaib rencana pembelajaran untuk satu Standar Kompetensi maupun satu Kompetensi Dasar. Ketiga Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian. Silabus memuat item – item pembelajaran tertentu yang nanti akan diejawantahkan kembali dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, adapun item – item tersebut diantaranya, Identitas mata pelajaran, Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; kompetensi inti, kompetensi dasar tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A/dll); materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar alokasi waktu sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Dewasa ini banyak diantara kita merasa bahwa pengembangan silabus bukanlah tugas seorang guru sehingga silabus yang dipakai adalah silabus contoh yang telah beredar sebagai sesuatu yang tidak perlu dikaji ulang atau dirubah layaknya standar isi. Padahal seorang guru sebetulnya harus mengembangkan sediri silabusnya untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari sekolah dimana seorang guru tersebut mengajar. Sehingga silabus yang dikembangkan suatu sekolah belum tentu sesuai dengan situasi dan kondisi dari sekolah lainnya. Dalam praktiknya melakukan pengembangan silanus haruslah sesuai dengan prinsip Ilmiah; Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Relevan; Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Sistematis; Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Konsistensi; Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. Kecukupan; Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Aktual & Kontekstual; Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Fleksibel; Keseluruhan komponen silabus dapat mengako-modasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Menyeluruh; Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (Kognitif, afektif, Psikomotor) atu sesuai degan esensi mata pelajaran masing-masing. 

Dengan melakukan pengembangan silabus yang berdasarkan pada prinsip – prinsip yang telah disebutkan sebelumnya diatas diharapkan silabus setidaknya mampu menjawab pertanyaan seperti Kompetensi apa saja yang harus dicapai oleh peserta didik? Setelah mengetahui kompetensi yang harus dikuasai siswa, Kita sebaiknya menentukan parameter ketercapaian kompetensi tersebut agar mudah dalam memantau ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Bermula dari sini muncul permasalahan bagaimana caranya menentukan indikator pencapaian kompetensi tersebut? Setelah jelas kompetensi yang hendak dicapai dan indikator pencapaiannya maka muncul permasalahan bagaimana cara mencapai kompetensi tersebut? Bagaimana cara mengetahui ketercapaian kompetensi tersebut? Berapa lama alokasi waktu yang dibutuhkan? Bagaimana mengintegrasikan nilai karakter bangsa dalam kegiatan pembelajaran? dan nilai karakter yang seperti apa yang hendak dicapai melalui kegiatan pembelajaran tersebut? Sehingga pembelajaran nantinya akan lebih efektif dan efisien serta memberikan hasil pembelajaran yang lebih optimal.


Latar Belakang Kewajiban Zakat Fitrah dalam Bentuk Makanan Pokok

  Zakat fitrah, atau zakat al-fitr, adalah salah satu dari kewajiban yang ditetapkan dalam Islam bagi setiap Muslim menjelang akhir bulan Ra...