Senin, 30 Agustus 2021

Medsos Kunci Keberhasilan Pembelajaran Darring dimasa Pandemi


Melaksanakan tugas belajar dan mengajar dimasa pandemi Covid 19 bukanlah perkara yang mudah, sebab proses belajar mengajar semestinya memerlukan interaksi yang intens antara guru dan siswa, interaksi ini menghasilkan pengalaman belajar dari stimulus yang terus menerus diberikan oleh guru kepada siswa, masalahnya interaksi yang intens dapat menimbulkan kontak baik fisik maupun verbal antara guru dan siswa hal ini tentu saja bertentangan dengan protocol kesehatan pencegahan penyebaran COVID 19. Kontak fisik seperti berjabat tangan dan bersentuhan adalah salah satu media penularan COVID-19, karena kita tidak pernah tahu ada berapa banyak kuman, virus, maupun bakteri ditangan kita dan lawan bicara. Makanya, sebisa mungkin hindari kontak fisik secara langsung. Sebab dampak yang dihasilkan dari penularan COVID 19 ini sangat berbahaya virus corona ini bisa menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Tidak dapat dibayangkan jika penyebaran virus ini terjadi dan massif di setiap satuan pendidikan dan menyebar luas sehingga menjangkiti guru maupun siswa maka kemungkinan – kemungkinan terburuk bisa saja terjadi.

Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menekan penyebaran virus ini. Implikasi dari kebijakan ini membuat semua kegiatan dari bekerja hingga belajar mengajar dilakukan dari rumah. Seluruh siswa tidak lagi diperkenankan datang kesekolah karena dapat menciptakan kerumunan oleh karenanya hamper diseluruh daerah di Indonesia mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online.

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.

Jika dikaji lebih mendalam baik pembelajaran Darring (Online) maupun Luring (Offline) punya kelebihan dan kekurangan, namun disaat pandemic seperti ini guru harus bijaksana tidak mengeluh dan harus mampu melakukan inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran baik Darring maupun luring, terkait dengan pembelajaran daring dewasa ini banyak pengeluhan yang muncul baik dari siswa maupun orang tua permasalahannya pembelajaran seperti ini dinilai tidak efektif dan maksimal, orang tua merasa terbebani dengan harus melaksanakan proses pembelajaran mandiri dirumah yang artinya menggantikan peran guru disekolah, sementara jika dilihat dari kualifikasi pendidikan dan pengalaman orang tua dalam melaksanakan proses pembelajaran sungguh minim, dimata orang tua guru terkesan hanya memberi tugas secara daring tanpa memberikan penjelasan yang kompleks tentang materi atau tugas yang diberikan, alhasil orang tualah yang dituntut menggantikan peran guru tersebut. Disisi lain pembelajaran daring terkesan sangat membosankan bagi siswa karena hanya berisikan tugas yang akan dilaksanakan selama satu hari atau seminggu sekali, maka tidak heran kalau beberapa siswa lebih memilih memainkan game online atau medsos ketimbang mengerjakan tugas yang sudah diberikan. Pembelajaran daring semestinya menjadi sebuah pembelajaran yang sangat menyenangkan, Pembelajaran menyenangkan merupakan suasana belajar mengajar yang dapat memusatkan perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga curah waktu perhatiannya (time on task) tinggi. Pembelajaran menyenangkan dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dengan berbagai metode yang diterapkan, sehingga saat pembelajaran berlangsung siswa tidak merasa bosan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran menyenangkan adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal. Tujuan belajar adalah memperoleh dengan suatu cara yang dapat melahirkan suatu kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan, dan memotivasi peserta didik. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya, metode yang digunakan (Sutrisno, 2011: 39). Untuk mendukung hal ini guru berperan sebagai fasilitator yang harus mampu merencanakan sedemikian rupa sehingga seluruh potensi peserta didik terpenuhi. Dengan demikian, indikator belajar adanya perubahan pada pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang yang dapat dilihat dari proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Kegiatan yang dilaksanakan anak dalam bentuk belajar selalu berwujud bermain, hal ini disebabkan karena bermain memang merupakan jiwa anak itu sendiri. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulangulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang. Bermain juga merupakan sarana sosialisasi yang dapat memberi anak kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain dijadikan sebagai salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain dikatakan medium karena anak mencobakannya dan tidak hanya di dalam fantasinya, tetapi nyata aktivitas yang dilakukan anak (Conny R. Semiawan, 2008: 20). Merujuk dari beberapa pendapat diatas semestinya guru semestinya dapat memanfaatkan berbagai macam plafom media social dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga siswa dapat malakukan proses belajar namun kesannya memainkan plafom medsosnya, contoh guru dapat menggunakan platform video pendek tiktok dalam membuat penjelasan terkait materi pembelajaran, video penjelasan tersebut selayaknya dibuat semenarik mungkin, kemudian output / tugas dari proses pembelajran saat itu dapat dibuat siswa menggunakan platform media social yang sama, selain tiktok guru juga dapat memanfaatkan youtube, facebook, dan berbagai platform media social lainnya sehingga siswa dapat belajar namun terasa seperti bermain menggunakan media social. Selain itu guru juga harus sadar bahwa penentuan standar pembelajaran saat pandemic seperti ini haruslah dikaji ulang standarnya tidak harus sama atau setinggi dengan saat pembelajaran tatap muka, namun juga tidak terkesan hanya standar yang formalitas semata. Penggunaan media social juga seharusnya bisa semakin memudahkan dalam proses pembelajaran. Lewat sosial media, para siswa mampu secara aktif bisa lebih kreatif dan mandiri sehingga kualitas pelajaranpun bisa semakin meningkat baik dan segi pengetahuan maupun kualitas. 


Jumat, 13 Agustus 2021

Macam - Macam Nama Hari Kiamat



Hari kiamat memiliki banyak sebutan sehingga bagi umat muslim yang belum tahu harus membaca ini. Nama-nama hari akhir sangat banyak, tapi yang sering kita dengar hanya beberapa nama saja.  Hari akhir merupakan rahasia Allah yang tak bisa diketahui. Namun, kita harus percaya adanya hari kiamat. Meski kita tidak tahu kapan tepatnya hari akhir tersebut akan datang. Oleh sebab itu, kita bisa meyakini tanda-tanda kiamat untuk meyakinkan diri kita kalau kejadian itu pasti ada.

Nama-nama Hari Akhir yang Paling Sering Didengar

Yaumul Akhir

Artinya hari akhir. Disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 8, yang artinya : “Dan diantara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman”.

Yaumul Qiyamah

Artinya hari kiamat. Disebutkan dalam Q.S Al Baqarah ayat 85, yang artinya : “Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang-orang yang berbuat demikian diantara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan“.

Yaumul Ba’ats

Artinya hari kebangkitan. Disebutkan dalam QS. Ar-Rum ayat 56 , yang artinya “Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)”.

Yaumul Hisab

Artinya hari perhitungan. Disebutkan dalam Q.S Sad ayat 16 yang arinya : “Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan”.

Yaumul Hasrah

Artinya hari penyesalan. Disebutkan dalam QS.Maryam ayat 39 , yang artinya : “Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): “Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)”.

Yaumul Diin

Artinya hari pembalasan. Disebutkan dalam QS. AL-Fatihah ayat 4, yang artinya : “Yang menguasai hari pembalasan“.

Yaumul Wa’id

Artinya hari terlaksananya ancaman. Disebutkan dalam QS. ayat 20,yang artinya : “Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman“.

Yaumul Taghabun

Artinya hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan. Disebutkan dalam QS.At-Taghabun, yang artinya : “(Ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan kamu pada hari berhimpun, itulah hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan…”

Yaumul Khulud

Artinya hari kekekalan. Disebutkan dalam QS. Qaf ayat 34, yang artinya : “Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi”.

Hari kiamat adalah rukun iman kelima yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Hari tersebut menjadi akhir dari segala kehidupan dan urusan yang telah dilalui manusia.  Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya hari kiamat. Sebab, Allah SWT tidak memberitahukan hal ini kepada siapa pun. Ini dijelaskan dalam Surat Luqman ayat 34. 

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Megetahui lagi Maha Mengenal.

Alquran juga menyebutkan beberapa nama lain hari kiamat yang wajib diyakini oleh setiap Muslim. Apa saja nama-nama tersebut? Simak penjelasan berikut.

Nama Lain Hari Kiamat 

Berikut 10 nama lain hari kiamat yang disebutkan Alquran dan wajid diyakini oleh setiap Muslim. 

Yaumul Ba’ats (hari kebangkitan)

Pada hari kiamat seluruh umat manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Hal ini dijelaskan dalam Alquran Surat Ar-Rum ayat 56:

وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَٱلۡإِيمَٰنَ لَقَدۡ لَبِثۡتُمۡ فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡبَعۡثِۖ فَهَٰذَا يَوۡمُ ٱلۡبَعۡثِ وَلَٰكِنَّكُمۡ كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

Artinya: “Sungguh, kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit. Maka inilah hari berbangkit itu, tetapi kamu tidak mengetahuinya.”

Yaumul Hisab (hari perhitungan)

Semua amal baik dan buruk yang telah dilakukan manusia akan dihitung di hari kiamat. Hal ini dijelaskan dalam Alquran Surat Shad ayat 53:

هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوۡمِ ٱلۡحِسَابِ 

Artinya: “Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari perhitungan.” 

Yaumud Din (hari pembalasan)

Semua perbuatan yang kita lakukan di dunia akan ada balasannya di sisi Allah. Baik perbuatan baik atau buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Hal ini dijelaskan dalam Alquran Surat Al-Fatihah ayat 4:

مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ 

Artinya: “Yang menguasai di Hari Pembalasan.” 

Yaumul Hasrah (hari penyesalan)

Pada akhirnya manusia akan menyesali perbuatan buruk yang telah dilakukan dan menyesali perbuatan baik yang belum sempat dilakukan. Hal ini dijelaskan dalam Alquran Surat Maryam ayat 39:

 وَأَنذِرۡهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡحَسۡرَةِ إِذۡ قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ وَهُمۡ فِي غَفۡلَةٖ وَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ 

Artinya: “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputuskan, sedang mereka dalam keadaan lalai dan tidak beriman.” 

Yaumus Sa’ah (hari yang menentukan)

Nama ini tercantum dalam Surat Ghafir ayat 59:

إِنَّ ٱلسَّاعَةَ لَأٓتِيَةٞ لَّا رَيۡبَ فِيهَا وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤۡمِنُونَ 

Artinya: “Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” 

Yaumut Tanad (hari saling memanggil)

Pada hari ini manusia akan saling memanggil satu sama lain. Ini dijelaskan dalam Alquran Surat Ghafir ayat 32:

وَيَٰقَوۡمِ إِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ يَوۡمَ ٱلتَّنَادِ 

Artinya: “Wahai kaumku, sesungguhnya aku takut kepada kalian pada hari saling memanggil." 

Yaumul Fash (hari pemisahan)

Yaumul Fash tercantum dalam Alquran Surat Ash Shaffat ayat 21:

هَٰذَا يَوۡمُ ٱلۡفَصۡلِ ٱلَّذِي كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ 

Artinya: “Inilah hari pemisahan yang dahulu kamu dustakan.”

Yaumul Jama’ (hari berkumpul)

Hari kiamat menjadi hari berkumpulnya seluruh umat manusia sejak zaman Nabi Adam hingga manusia akhir zaman. Hal ini dijelaskan dalam Alquran Surat Asy-Syura ayat 7. 

وَكَذَٰلِكَ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ قُرۡءَانًا عَرَبِيّٗا لِّتُنذِرَ أُمَّ ٱلۡقُرَىٰ وَمَنۡ حَوۡلَهَا وَتُنذِرَ يَوۡمَ ٱلۡجَمۡعِ لَا رَيۡبَ فِيهِۚ فَرِيقٞ فِي ٱلۡجَنَّةِ وَفَرِيقٞ فِي ٱلسَّعِيرِ 

Artinya: “Dan memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul yang tidak ada keraguan padanya.”

Yaumul Wa’id (hari yang dijanjikan)

Yaumul wa’id disebutkan dalam Alquran Surat Qaf ayat 20:

وَنُفِخَ فِي ٱلصُّورِۚ ذَٰلِكَ يَوۡمُ ٱلۡوَعِيدِ 

Artinya: “Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang dijanjikan.” 

Yaumul Khulud (hari yang kekal)

Yaumul khulud disebutkan dalam Alquran Surat Qaf yat 34:

ٱدۡخُلُوهَا بِسَلَٰمٖۖ ذَٰلِكَ يَوۡمُ ٱلۡخُلُودِ 

Artinya: “Masukilah ke (dalam surga) dengan keselamatan. Itulah hari yang kekal.” 

Laporan PTK PPG PAI 2021 IAIN SULTAN AMAI



 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH (LOTS) MENJADI TINGKAT TINGGI (HOTS) PADA MATERI KETIKA BUMI BERHENTI BERPUTAR MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC SISWA  KELAS VI SDN 1 TUTUYAN 2 

(IMAM HANDOYO/PAI 1.3)







DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS 

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

DALJAB TAHUN 2021






INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO

TAHUN 2021



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa Penulis haturkan kepada Allah Subahanahu Wata’ala, karena berkat kuasanyalah Penulis mampu menyelesaikan PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) kali ini hingga mampu menyusun laporan hasil Penelitian. Solawat serta salam juga senantiasa Penulis curahkan kepada junjungan dan teladan kami yakni Nabi Muhammad SAW, karena berkat risalah kenabiannya serta dakwah yang senantiasa dilakukan secara terus menerus sehingga pada akhirnya ummat manusia yang semula tergelincir dalam kesesatan dan kebodohan mampu berangsur – angsur kembali kejalan yang benar yakni ajaran agama Allah disertai dengan cahaya ilmu pengetahuan yang senantiasa menyinari.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan  baik dalam  tata cara   Penelitiannya , pengkajian datanya  serta  bahasa yang saya pergunakan. Namun Penulis merasa sangat bangga karena baru pertama kali dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk PTK. yang kebetulan merupakan salah satu tugas dalam rangka Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pendidikan Agama Islam dalam jabatan di kampus IAIN Sultan Amai Gorontalo. Semoga karya tulis yang perdana ini menjadi bahan pelajaran bagi Penulis untuk menulis karya - karya tulis ilmiah lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas menulis karya ilmiah lainnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada teman teman yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini. Khusus kepada Dosen pembibing juga sebagai ketua panitia PPG tahun 2021 Bapak Dr. Herson Anwar, M.Pd, dan Bapak Sutarjo Paputungan sebagai guru pamong dalam kelas PAI 1.3  saya menyampaikan ucapan terima kasih atas bimbingannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah penulis rencanakan sebelumnya.

Penulis juga ingin berterima kasih kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian tindakan kelas wlaupun dalam kondisi pandemic covid 19, penulis juga ingin berterimakasih kepada istri dan anak penulis yang selalu meluangkan waktu untuk memanjatkan doa dan memberikan dukungan hingga penelitian ini mampu diselesaikan.

Pada akhirnya izinkan saya  memohon maaf sebesar – besarnya bila ada hal hal yang mungkin kurang  berkenan  baik yang tidak  disengaja dan tidak sadar   mungkin pernah saya ucapkan atau tulis. Atas perhatinnya penulis ucapkan banyak terima kasih  

Boltim,     Agustus 2021

Penulis




Imam Handoyo, S.Pd.I                                          














BAB 1

A. PENDAHULUAN


1. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan siswa disekolah adalah bagian daru upaya besar untuk memperoleh perubahan mendasar dari peserta didik, perubahan ini meliputi tiga ranah yakni, ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

Pada ranah afektif siswa dituntut mengalami perubahan pada sikap dan tingkah laku, dalam kaitannya dengan kurikulum 2013 ranah afektif ini bertalian dengan sikap spiritual dan sikap sosial yang dimiliki siswa , yang wajib mengalami perubahan dan peningkatan. Sementara itu ranah kognitif bertalian dengan Kompetensi Inti 3 yakni siswa yang telah melakukan proses belajar mengajar akan dianggap berhasil jika mengalami perubahan dan peningkatan pengetahuannya yang dimilikinya dan dapat dilihat atau dibuktikan dari proses evaluasi diakhir pembelajaran.

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dipengaruhi dari berbagai macam faktor yang ada, diantaranya faktor internal peserta didik, guru, dan lingkungan belajar. Ketiga faktor ini dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran disamping beberapa faktor pendukung lainnya. Sementara itu setelah dilakukan observasi pada siswa  KELAS VIdi Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 ditemukan bahwa siswa tidak mampu mengerjakan soal dengan bentuk Higher Order Thinking Skill (HOTS) siswa  hanya mampu mengerjakan soal dalam bentuk LOTS, kemampuan seperti ini sungguh sangat riskan dan menyedihkan, mengingat pertama siswa sudah ada pada level kelas tinggi pada Sekolah Dasar, kedua dalam menghadapi tantangan global dan refolusi industri 4.0 maka siswa dituntut untuk dapat berpikir kirtis dan tinggi sehingga kelak akan berdampak pada kehidupannya sehari – hari di masa depan nanti. 

Pada Penelitan Tindakan Kelas kali ini, Penulis memiliki asumsi bahwa jika pendidik menginginkan keberhasilan dalam sebuah proses pembelajaran dan kemampuan berfikir siswa akan mengalami peningkatan semula LOTS menjadi HOTS yang dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa di akhir pembelajaran, maka dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru wajib menggunakan pendekatan scientific sebab seperti yang dikatan Maria Emanuela Ine dalam jurnalnya yang berjudul (Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa  Pada Mata Pelajaran Ekonomi)  ”pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa . Pendekatan scientific lebih menekankan kepada siswa sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif”. Sejalan dengan pandangan diatas maka Penulis menganggap Penelitian kali ini akan memberi jawaban yang kongkret bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran scientific siswa pemahaman siswa terkait dengan iman kepada malaikat akan semakin meningkat, dan harapan terjadinya perubahan dan peningkatan dalam ranah kognitif akan terwujud dalam evaluasi diakhir pembelajaran.

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ketidak berhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI&BP) pada materi Iman Kepada Malaikat – Malikat ALLAH  disebabkan oleh masalah - masalah di bawah ini:

1. Hasil Evaluasi Pembelajaran PAI&BP menggunakan soal dengan bentuk HOTS sangat rendah

2. Pendidik terbiasa untuk tidak melibatkan siswa  secara aktif dalam proses pembelajaran

3. Pendidik belum mencoba untuk membiasakan siswa berprikir kritis dalam pembelajaran


3. ANALISIS MASALAH

Berdasarkan Identifikasi Masalah Yang sudah dilakukan diatas, maka Penulis mencoba menganalisis berbagai masalah yang sebelumnya sudah di identifikasi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki siswa tidak didapat dengan hanya berharap pada materi yang diberikan tetapi juga tergantung dari proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini.

Setidaknya proses pembelajaran dilakukan dengan melibatkan siswa  secara aktif dan membudayakan siswa untuk selalu berpikir kritis dalam setiap pembelajaran, selain itu siswa juga semestinya diupayakan untuk dapat mengidentifikasi masalah lewat pembelajaran yang dapat dilakukan dengan basis dari permasalahan faktual yang dihadapi oleh siswa atau permasalahan yang sementara menjadi viral saat ini kemudian diintegrasikan dalam materi pembelajaran yang sesuai. Upaya – upaya ini dapat dilakukan dengan pendekatan scientific dalam pembelajaran, sebab pendekatan scientific pada hakikatnya lebih menekankan pada pelibatan siswa secara aktif dan berupaya menmbudayakan kemampuan berfikir kritis dalam proses pembelajarannya.


4. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu : Bagaimana penggunaan pendekatan Scientific dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah menjadi tingkat tinggi pada materi Ketika Bumi Berhenti Berputar siswa  KELAS VI Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara?

5. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) Menjadi tingkat tinggi (HOTS) pada materi Ketika Bumi Berhenti Berputar melalui pendekatan Scientific siswa  KELAS VI Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara

6. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu : 

Bagi Penulis Selanjutnya Penelitian ini memberi masukan atau pengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi (HOTS) melalui pendekatan Scientific pada materi Iman Kepada Malaikat

Bagi Guru 

Melalui hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan guru untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran melalui pendekatan Scientific. 

Melalui hasil Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi ( HOTS)

Bagi Siswa  

.Membantu siswa  meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi tingkat tinggi ( HOTS) Pada Materi Iman Kepada Malaikat

.Memberi kesempatan pada siswa  untuk mendapatkan pendekatan pembelajaran yang berbeda dari biasanya

Memberi kesempatan pada siswa  untuk meningkatkan partisipasi dan aktif dalam pembelajaran.

BAB II

B. KAJIAN PUSTAKA


1. PENELITIAN TINDAKAN KELAS

a) PENGERTIAN PTK

Proses belajar mengajar disekolah, tak lepas dari berbagai factor yang mempengaruhi tingkat keberhasilannya, ada berbagai factor yang menjadi penyebab baik atau buruknya hasil sebuah proses pembelajaran, seorang guru yang professional harus bertindak layaknya seorang dokter, bila seorang dokter didatangai seorang pasien yang ingin berobat, maka hal pertama yang dilakukannya adalah memerikasa kemudian mendiagnosanya, setelah dilakukan diagnose maka dokter memberikan obat sebagai bagian dari solusi dalam rangka mencapai kesembuhan pasien dari penyakitnya, hal yang sama seharusnya mampu dilakukan oleh seorang guru yang professional, guru harus mampu mendiagnosa penyebab merosotnya sebuah hasil pembelajaran, namun diagosa yang dilakukan oleh guru bukan diagnose yang timbul dari hasil pemikiran dan perkiraan guru semata. Setidaknya diagnose yang dilakukan haruslah ilmiah dan mampu dipertanggung jawabkan dalam dunia akademisi.

Menjawab tantangan diagnose tadi guru dapat melakukan Penelitian terhadap proses pembelajaran, ada banyak pilihan Penelitian yang dapat dilakukan oleh guru namun pada umumnya, guru banyak menggunakan Action Reserch atau Penelitian tindakan dalam meneliti proses pembelajaran yang akan digunakan sebagai refleksi perbaikan proses dan metode mamupun pendekatan yang telah dilakukan.

Seperti yang bisa kita dapatkan dari penjelasan berbagai buku modul maupun jurnal Penelitian tindakan berasal dari kata action research yang berasal dari bahasa Inggris. Selain itu dalam dunia Penelitian terdapat beberapa istilah lain yang sama-sama diterjemahkan dari kata action research, misalnya riset aksi, kaji tindak, dan riset tindakan. Menilik dari sejarah penggunaan Penelitian tindakan ini. ‘Penelitian tindakan ini digunakan pertama kali oleh Kurt Lewin, seorang sosiolog Amerika yang bekerja pada proyek - proyek kemasyarakatan yang berkenaan dengan integrasi dan keadilan sosial di berbagai bidang seperti perumahan dan ketenagakerjaan’. Karena dilaksanakan di kelas, maka Penelitian tindakan ini dikenal dengan istilah PENELITIAN TINDAKAN KELAS. 

Jika melihat sejarah dari Penelitian yang dilakukan oleh Kurt tadi dapat disimpulkan bahwa pada awalnya Penelitian tindakan menjadi salah satu model Penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana Penulis melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek Penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa  atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan Penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para Penulis konvensional pada umumnya.

“Menurut Carr & Kemmis (Mc Niff 1991:2) “action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participant (teacher, student or principals, for exemple) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educationa practice, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutional) in which the practice are carried out. 

Dari pandangan di atas dapat dipaparkan beberapa kata kunci berkenaan dengan PENELITIAN TINDAKAN KELAS sebagai berikut : 

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri (penyelidikan) yang dilakukan melalui refleksi diri. 

PENELITIAN TINDAKAN KELAS dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang terjadi yaitu guru, murid, atau kepala sekolah. 

Dilakukan pada latar pendidikan untuk memperbaiki dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik pendidikan. 

Sedangkan menurut Mill (2000) PENELITIAN TINDAKAN KELAS sebagai penyelidikan yang sistematis (sistematic inquiry) yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah untuk mengetahui praktik pembelajaranya”.

b) LANGKAH LANGKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Agar dalam pelaksanaan dilapangan PTK mencapai hasil yang optimal dan sesuai dengan harapan Penulis, maka penyusunan PTK harus melalui tahap-tahap penyusunan PTK. Tahap-tahap penyusunan PTK adalah sebagai berikut:

Perencanaan merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan segala hal, perencanaan yang matang diharapkan mampu membawa hasil yang optimal dari sebuah kegiatan, dalam Penelitian sendiri perencanaan merupakan satu hal yang penting dan harus dilakukan sebab seperti yang sudah dikatakan sebelumnya hendaknya dalam melakukan segala sesuatu harus didasarkan pada perencanaan. 

Pada tahap ini Penulis dapat menjelaskan dan menentukan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal seharusnya tidak dilakukan sendiri dan tidak melibatkan orang lain dalam Penelitiannya, seharusnya Penelitian seperti ini dapat  dilakukan secara berpasangan (kolaboratif) antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan. 

Pada tahap ini, agar hasil Penelitian menjadi obyektif maka diharapkan untuk bisa berkolaborasi. Biasanya pengamatan yang dilakukan pada diri sendiri memungkinkan munculnya subyektifitas. Dalam berbagai referensi yang telah Penulis baca Penelitian kolaborasi seperti yang dijelaskan sebelumnya sangat dianjurkan bagi Penulis pemula atau guru yang belum pernah melakukan Penelitian.

Kemudian dalam praktik kolaborasi, ada baiknya pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang mengamati adalah guru yang senior atau yang ahli dan perna melakukan Penelitian tindakan. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga kegiatan dasar yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah (mengerucutkan identifikasi masalah), dan pemecahan masalah dengan tindakan yang dilandasi oleh teori yang ada. Kemudian dalam pelaksanaan nanti langkah – langkah yang bisa dilakukan adalah :

Membuat rencana pembelajaran dan sekenario tindakan yanga akan dilakukan. Mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa  dalam kegiatan tindakan PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, alat peraga, media, meja dan segala keperluan yang dibutuhkan dalam rencana pembelajaran. 

Menyiapkan alat perekam, cara merekam serta cara melakukan pengamatan pada proses dan hasil kerja siswa . Selain itu cara melakukan analisis data baik pada hasil observasi maupun pada hasil kerja siswa .

Mempraktikan sendiri hasil rancangan yaitu mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan dan metode tindakan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus melihat jam mengajarnya.

Setelah melakukan apa yang telah Penulis sampaikan diatas, kita bisa melakukan refleksi dari PENELITIAN TINDAKAN KELAS yang telah dilakukan. Refleksi sendiri Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Pada tahap refleksi Penulis juga perlu untuk mengungkapkan hasil Penelitian dengan megungkapkan kelebihan dan kekurangannya. Jika Penulisn tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, Penulis menyampaikan rencana Penelitian berikutnya. Refleksi handaknya mengungkankan kendala pada tahap pertama dan kekuranganya sehingga pada tahap berikutnya bisa memperbaiki Penelitian tindakan.

2. Pendekatan Scientific

a) Pengertian Pendekatan Scientific

Menurut penjelasan yang Penulis kutip dari Wilkipedia Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik mengadaptasi langkah langkah ilmiah pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji Hipotesis.


b) Langkah Langkah Dalam Pembelajaran Dengan Pendekatan Scientific

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses  embelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

mengamati;

Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

menanya;

Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. mengumpulkan informasi/eksperimen;

Mengumpulkan informasi/eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

mengasosiasikan/mengolah informasi; dan

Mengasosiasikan/mengolah informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

mengkomunikasikan.

Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.




3. Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah (LOTS)

a) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah (LOTS)

Lower Order Thinking Skills atau LOTS adalah sebuah kemampuan berpikir siswa  secara fungsional. Biasanya, siswa  yang hanya memiliki kemampuan berpikir LOTS akan mendapatkan informasi atau materi belajar dengan cara menyalin, meniru, menghafal, mengingat, dan mengikuti arahan-arahan dari orang lain. Kemampuan berpikir seperti ini dinilai sebagai kemampuan berpikir pada tingkatan rendah, saat ini dengan kemampuan berpikir LOTS siswa dianggap tidak akan mampu menghadapi tantangan era industry 4.0 menuju era interaksi social 5.0, selain itu dalam menjalankan kehidupan kedepan siswa memungkinkan akan mengalami kegagalan dalam persaingan memenuhi kebutuhan pasar, yang semakin hari semakin meningkat yang berakibat pada meningkatnya jumlah pengangguran, dan akan menjadi permasalah social dan ekonomi kedepan, oleh karenanya upaya untuk meningkatkan kemampuan berppikir siswa  dari LOTS menjadi HOTS harus diupayakan sedini mungkin terutama pada lembaga formal yang dinaungi pemerintah, semisal Sekolah Negeri.

4. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

a) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

“Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa umum dikenal sebagai Higher Order Thinking Skill (HOTS) dipicu oleh empat kondisi. 

Sebuah situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi pembelajaran yang spesifik dan tidak dapat digunakan di situasi belajar lainnya. 

Kecerdasan yang tidak lagi dipandang sebagai kemampuan yang tidak dapat diubah, melainkan kesatuan pengetahuan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdiri dari lingkungan belajar, strategi dan kesadaran dalam belajar. 

Pemahaman pandangan yang telah bergeser dari unidimensi, linier, hirarki atau spiral menuju pemahaman pandangan ke multidimensi dan interaktif. 

Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih spesifik seperti penalaran, kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.”

Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya dari Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai proses tingkat tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting dalam proses pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Berdasarkan penjelasan para ahli diatas maka Penulis mengambil kesimpulan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi wajib dimiliki oleh siswa karena dengan kemampuan tersebut siswa dapat berpikir secara kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. Yang akan berimplikasi pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan nantinya.


5. PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MATERI KETIKA BUMI BERHENTI BERPUTAR

a) Persiapan Pembelajaran

Sebuah pembelajaran tentu saja diharapkan mampu memberi dampak atau hasil yang optimal bagi siswa sebagai subjek pembelajaran, keberhasilan sebuah pembelajaran tentu saja berkaitan erat dengan langkah dan treatment yang dilakukan oleh guru sebagai orang yang bertanggung jawab juga pelaku dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Langkah dan treatment yang dilakukan tentu saja sudah direncanakan dengan penuh pertimbangan terlebih dahulu, sebab dalam kaidah management Perencanaan adalah fungsi manajemen yang pertama dan terpenting. Itu dibutuhkan di setiap tingkat manajemen. Dengan tidak adanya perencanaan, semua kegiatan bisnis organisasi akan menjadi tidak berarti. Pentingnya perencanaan semakin meningkat mengingat ukuran organisasi yang semakin besar dan kompleksitasnya. Begitu pula kaitannya dalam proses pembelajaran, perencanaan adalah salah satu hal yang paling penting yang wajib dilakukan oleh guru sebagai pelaksana pembelajaran, guru harus mampu merencanakan proses pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin yang bisa diterapkan terhadap siswa nantinya. Sehingga hasil dari sebuah pelaksanaan pembelajaran adalah benar merupakan hasil dari usaha yang maksimal dengan mempertimbangkan factor – factor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalannya.

Sementara itu dalam pelaksanaan penerapan pendekatan Scientific pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi Ketika Bumi Berhenti Berputar siswa kelas VI SDN 1 Tutuyan 2, penulis terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya, persiapan perangkat pembelajaran ini meliputi :

Analisis KD dengan Menggunakan Dimensi Taksonomi

Langkah pertama dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang didalamnya termasuk indicator pencapaian kompetensi, bahan ajar serta metode dan model pembelajaran yang akan digunakan adalah dengan melakukan analisis terhadap kompetensi dasar dari suatu materi pembelajaran yang hendak dilaksanakan proses pembelajaran nantinya. Analisis ini meliputi tiga ranah kemampuan siswa yakni afektif atau sikap, kognitif atau pengetahuan serta psikomotorik atau keterampilan, tiga ranah ini sering diistalahkan sebagai tiga ranah pada dimensi taksonomi. Analisis sendiri menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki makna penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Jadi dapat dipahami analisis kompetensi dasar adalah usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengurai kompetensi dasar kemudian menelaahnya selanjutnya mengaitkan dengan tiga ranah dimensi dalam taksonomi baik itu ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan ini dilaksanakan semata mata untuk mengetahui tingkatan tiga ranah yang ingin dicapai oleh kompetensi dasar dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan, kaitannya dengan penelitian ini penulis telah menetapkan tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah siswa menjadi tingkat tinggi oleh karenanya tingkatan tiga ranah dalam dimensi taksonomi yang terdapat pada kompetensi dasar dikembangkan pada indicator pencapaian kompetensi sesuai dengan harapan pada tujuan penelitian. Sebagai contoh lihat table berikut ini

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1.2   Meyakini adanya  Hari Akhir sebagai implementasi  dari pemahama Rukun Iman

2.6   Memiliki perilaku yang mencerminkan iman kepada Hari Akhir

3.3 Memahami makna Hari Akhir dan kaitannya dengan bencana Alam 1.2.1    Peserta didik  Meyakini adanya  Hari Akhir sebagai implementasi  dari pemahama Rukun Iman 

2.6.1 Membiasakan Diri beribadah dan menjalankan Perintah Allah SWT Sebagai cerminan Iman Kepada Hari Akhir

3.3.1 Menjelaskan Makna Hari Akhir

3.3.2. Mendeskripsikan Kejadian Hari akhir sesuai dengan dalil dalam Al – Qur’an

3.3.3. Mengaitkan Makna Hari Akhir dengan Kejadian Bencana alam

Tabel 1.1

Pada table diatas kompetensi dasar telah dianalisis dan dikembangkan pada indicator pencapaian kompetensi pada level C4 sehingga bentuk pengetahuannya mengalami perubahan dari sekedar pengetahuan prosedural menjadi pengetahuan metakognitif, adapun bentuk pengetahuan yang ada dapat menggambarkan tingkatan kemampuan berfikir siswa, seperti penjelasan pada table berikut ini.

No No Perkembangan Berfikir Taksonomi Bloom Rivised Anderson (Cognitive Process Dimension) Bentuk Pengetahuan (Knowledge Dimension) Keterangan

1 Mengingat (C1) Pengetahuan Faktual Lower Order Thinking Skills (LOT’s)

2 Menginterprestasi prinsip (Memahami/C2) Pengetahuan Konseptual  

3 Menerapkan (C3) Pengetahuan Prosedural  

4 Menganalisis (C4)

Mengevaluasi (C5)

dan Mengkreasi(C6) Pengetauan Metakognitif Higher Order Thinking Skills (HOT’s)

Tabel 1.2

Pada tebel 1.1 terdapat informasi bahwa kompetensi dasar telah dianalisis dan dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, namun pada pengembangan kompetensi dasar yang dilakukan pada pembelajaran yang menjadi siklus 1 dalam penelitian hanya ditingkatkan I indikator pencapaian kompetensi saja, hal ini sengaja dilakukan peneliti untuk mengukur sejauhmana pencapaian yang bisa daicapai siswa dalam peningkatan indicator pencapaian yang sudah dikembangkan, rencananya di siklus II nanti peneliti akan menganalisis KD dan mengembangkannya dalam indicator pencapaian kompetensi hingga dua sampai tiga indicator dalam bentuk pengetahuan metakognitif, yang berarti dapat menggambarkan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang mampu dicapai siswa.

Penetapan dan Pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi

Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. IPK yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan siswa, sekolah, serta lingkungan. Pengembangan desain pembelajaran juga hendaknya sesuai IPK yang dikembangkan, karena IPK dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. IPK yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi discoveryinquiry. Selain itu Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi siswa. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan IPK sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal. Kemudian Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian.

Secara teoritis Pengembangan IPK harus mengakomodasi kompetensi yang tercantum dalam KD. IPK dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan kata kerja operasional. Rumusan IPK sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Kata kerja operasional pada IPK pencapaian kompetensi aspek pengetahuan dapat mengacu pada ranah kognitif taksonomi Bloom, aspek sikap dapat mengacu pada ranah afektif taksonomi Bloom, aspek keterampilan dapat mengacu pada ranah psikomotor taksonomi Bloom. IPK pada Kurikulum 2013 untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. IPK untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur. Sementara itu kaitannya dengan penelitian kali ini, penulis telah mengidentifikasi dan menganalisis KD kemudian menetapkan IPK pada dimensi kognitif level C4 sehingga memungkinkan peserta didik berkembang menuju kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Penetapan dan Pengembangan Tujuan Pembelajaran

Selayaknya konsep penetapan tujuan pembelajaran, penulis juga menetapkan tujuan pembelajran dengan mengikuti pedoman atau kaidah ABCD ( Audience, Behavior, Condition, Degree) yang disesuaikan dengan KD dan IPK yang telah dikembangkan sebelumnya, artinya tujuan pembelajaran ini ditetapkan selaras dengan harapan dari tujuan penelitian yang hendak dicapai.

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Setiap lesson plan (RPP atau perencanaan pembelajaran) memerlukan tujuan pembelajaran yang harus dirumuskan dengan baik sesuai dengan kaidah perumusan tujuan pembelajaran yang baik. Ibaratnya pembelajaran itu sebuah kapal, maka tujuan pembelajaran adalah pelabuhan mana yang nanti akan kita tuju. Pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan baik itulah segala upaya pembelajaran kepada siswa kita arahkan. Apabila kita telah merumuskan tujuan pembelajaran dengan baik, maka dari setumpuk buku paket, atau buku teks, atau buku pegangan siswa, kita akan dapat menentukan bagian-bagian materi atau konten mana yang paling penting untuk dipelajari oleh mereka, mana yang cukup penting, mana yang kurang penting, hingga mana materi pembelajaran yang tidak penting.  Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kali ini penulis menggunakan pendekatan Scientifik pada kegiatan inti pembelajaran, dengan pendekatan ini memungkinkan siswa untuk dapat mengamati, menanya, mengasosiasi, meeksplorasi dan mengkomunikasikan, penulis berharap dengan menggunakan pendekatan seperti ini dalam pelaksanaan pembelajaran, nantinya siswa dapat memenuhi ekspektasi penulis baik dalam tujuan pembelajaran maupun tujuan penelitian ini nantinya. Kemudian hasil dari perancangan RPP ini akan dilampirkan dalam form lampiran - lampiran

Pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik

LKPD merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dengan pendidik sehingga dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam meningkatkan kemampuan berfikir. Kemampuan memecahkan masalah yang ada dalam LKPD tersebut yang akan mempengaruhi HOTS peserta didik. LKPD merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa agar peserta didik dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri, sehingga peserta didik jadi lebih aktif untuk memecahkan masalah yang ada melalui kegiatan diskusi kelompok, praktikum, dan kegiatan menjawab permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadikan peserta didik akan lebih tertantang dalam proses kegiatan pembelajaran yang hanya sekedar satu arah saja. Kegiatan memecahkan masalah yang ada dalam LKPD tersebut yang nantinya dapat berimbas pada peningkatan cara berpikirnya termasuk berpikir kritis. Begitu juga dengan LKPD yang telah diupayakan dibuat sebelumnya oleh penulis kaidah dan sifat seperti yang diutarakan sebelumnya juga terkandung dalam LKPD pembelajaran ini nantinya, sebagai referensi LKPD yang telah dibuat akan dilampirkan dalam Form Lampiran – Lampiran.

Pembuatan Instrumen Evaluasi Pembelajaran

Dalam pembuatan instrument evaluasi penulis membuat dengan panduan rubric yang ada pada buku guru kemudian dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta tujuan penelitian yang hendak dicapai pada penelitian kali ini, instrument evaluasi pembelajran dibuat secara online yang dapat dikerjakan siswa melalui laman goegle form, hal ini disebabkan karena keadaan pandemi yang tidak memungkinkan siswa berlama – lama disekolah. Instrument yang dibuat dalam goegle form juga dapat terakumulasi secara otomatis sehingga dapat memudahkan penulis dalam mengumpulkan informasi.

b) Pelaksanaan Pembelajaran

Proses pembelajaran ini dilaksanakan pada awal bulan agustus hingga pertengahan, pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian kali ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yang memungkinkan terjadi dua siklus dalam penelitian. Pembelajaran kali ini difokuskan pada materi pokok Ketika Bumi Berhenti Berputar, yang dilaksanakan dua kali pertemuan yang membahas sub materi Bencana alam yang dikaitkan dengan hari kiamat, selanjutnya Makna Hari Kiamat, dalam dua pertemuan pembelajaran ini, dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan Scientific dalam prosesnya. Kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan secara tatapmuka terbatas, waktu yang digunakan tidak sama seperti sebelum terjadi pandemic covid 19, waktu yang diberikan hanya 30 menit dalam setiap pembelajaran, alhasil kegiatan mengerjakan LKPD dan Evaluasi Pembelajran dilakukan secara daring dengan instrument yang telah dibuat guru sebelumnya.

Sama halnya dengan proses belajar mengajar yang menggunakan metode model maupun pendekatan lainnya, KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai dengan kegiatan pendahuluan. Dalam kegiatan ini guru mengawali dengan salam dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran kali ini, selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa selanjutnya melakukan apersepsi yakni merivew materi pembelajaran sebelumnya kemudian mengaitkan dengan pembelajaran kali ini, selanjutnya guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan pendekatatan atau metode yang akan digunakan, selanjutnya guru meminta salah satu siswa untuk dapat memulai pembelajaran dengan berdoa, sembari berdoa guru melakukan penilaian sikap spiritual.

Setelah melaksanakan kegiatan pendahuluan maka proses pembelajaran belanjut pada kegiatan inti, pada kegiatan inti guru memulai pembelajaran dengan menampilkan gambar berupa slide dan video kemudian meminta siswa untuk melakukan pengamatan terhadap slide dan video yang telah ditampilkan, kemudian guru meminta siswa untuk merumuskan masalah dari hasil pengamatan slide dan video yang telah ditayangkan, selanjutnya rumusan masalah tersebut dibuat pertanyaan kemudian diajuakan satu persatu kepada guru, dalam hal ini guru harus menginfentarisir setiap pertanyaan namun tidak untuk menjawabnya.

Pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya kemudian dikembalikan kepada siswa yang akan menjawabnya bersama kelompok yang sebelumnya dibentuk dan melakukan diskusi secara mendalam, pencarian informasi yang dilakuakn oleh siswa tidak dibatasi dalam buku paket saja namun siswa dapat memanfaatkan gadget yang tedimilikinya kemudian melakukan pencarian di internet dan membandingkan pendapat yang ditemukan sebelumnya. Setelah berdiskusi dengan sesame anggota kelompok siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya kemudian akan ditanggapi oleh kelompok yang lain, seperti itulah kegiatan diskusi berlangsung secara bergantian dan diakhiri dengan mengambil kesimpulan oleh salah seorang dari kelompok yang ada, setelahnya guru memberikan penguatan atas jawaban – jawaban yang telah diajukan sebelumnya oleh siswa, selanjutnya guru melakukan refleksi pembelajran dan melakukan evaluasi terbatas dengan cara mencongak, selanjutnya guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajran kali ini dan pada akhirnya guru menutup kegiatan pembelajran dengan berdoa bersama – sama.

c) Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

Kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan secara tatapmuka terbatas, waktu yang digunakan tidak sama seperti sebelum terjadi pandemic covid 19, waktu yang diberikan hanya 30 menit dalam setiap pembelajaran, alhasil kegiatan mengerjakan LKPD dan Evaluasi Pembelajran dilakukan secara daring dengan instrument yang telah dibuat guru sebelumnya

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran tetap akan dipandu oleh guru melalui aplikasi Whatsap yang terhubung dengan semua siswa, sementara itu bagi siswa yang tidak memiliki hand phone atau pulsa data maka guru melaksanakan evaluasi secara luring dengan mendatangi rumah siswa masing masing diluar jam pelajaran pada tatap muka terbatas disekolah.

d) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar

Pada penerapan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific ini penulis menyimpulkan ada setidaknya 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaannya yang pertama, Siswa, Sarpras, dan Guru. Disaat pandemi ini setidaknya ada dua bentuk kegiatan belajar mengajar yang biasa dilakukan oleh guru yakni secara daring (dalam Jaringan) dan secara luring (Luar jaringan) kedua – duanya tentu saja memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri, paling tidak tiga factor yang penulis sebutkan diawal tadi menjadi factor yang dominan dalam menentukan keberhasilan dari penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran.

Siswa misalanya jika pembelajaran dilakukan secara tatap muka penuh maka guru dapat melakukan control terhadap konsentrasi dan minat belajar siswa, akan tetapi jika dilakukan secara daring maupun tatap muka secara terbatas maka konsentrasi siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran sulit dideteksi apakah siswa berkonsentrasi dengan penuh atau sebaliknya.

Nah dalam hal ini factor guru serta sarana dan prasarana penunjang akan menjadi kunci dalam keberhasilan penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran, sebeb guru harus kreatif dan inovatif sehingga berbagai problematika dalam penerapannya mampu diatasi secara maksimal, namun perlu dipahami juga sekreatif apapun guru jika tidak ditunjang dengan sarana dan prsarana penunjang mana hasil yang diinginkan sulit akan terwujud, oleh karenanya masuk diakal kiranya jika tiga factor yang penulis sebutkan diawal menjadi factor penentu terhadap keberhasilan dan kegagalan penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran.











BAB III

C. METODOLOGI PENELITIAN


1) SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam PENELITIAN TINDAKAN KELAS atau PTK pada Penelitian kali ini adalah siswa  KELAS VI pada Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2, dengan jumlah siswa  22 orang,  laki – laki berjumlah 10 orang  dan siswa  perempuan berjumlah 12 orang, dan subjek pelaku adalah guru sebagai Peneliti

2) TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN

Letak Geografis Tempat Penelitian

Dalam Penelitian ini Penulis mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2, Penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek Penelitian yang sangat sesuai dengan profesi Penulis.

Sekolah dasar Negeri 1 tutuyan 2 sendiri berlokasi di provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Bolaang Mongondor Timur Kecamatan Tutuyan Desa Tutuyan 2. Sekolah yang menjadi lokasi Penelitian terletak di ibukota kabupaten bolaang Mongondow Timur namun lokasinya berada didalam gang dan dihimpit oleh beberapa rumah masyarakat.

Waktu Penelitian 

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu Penelitian selama 1 bulan terhitung awal agustus hingga pertengahan agustus. Waktu dari perencanaan sampai Penelitian laporan hasil Penelitian tersebut pada semester 1 Tahun pelajaran 2021/2022


3) HIPOTESA KAJIAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian dalam kajian pustaka yang telah Penulis tulis dan susun dengan mengutip beberapa pendapat yang dapat dijadikan referensi dan terpercaya maka dalam PENELITIAN TINDAKAN KELAS ini Penulis memiliki hipotesa sebagai berikut :

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari pendekatan dalam pembelajaran  terhadap peningkatan kemampuan berfikir peserta didik

H2 : Kemampuan berfikir tingkat tinggi hanya didapatkan dari pembiasaan pelibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

H3 : Dengan mengaplikasikan pendekatan Scientific dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa secara bertahap

H3 : Dengan mengkombinasikan pendekatan Scientific dengan metode dan model pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang didapat akan optimal.

4) INDIKATOR PENCAPAIAN PENELITIAN

Berdasarkan tujuan dari PENELITIAN TINDAKAN KELAS yang telah diuraikan sebelumnya yakni “meningkatkan kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) Menjadi tingkat tinggi (HOTS) pada materi Ketika Bumi Berhenti Berputar melalui pendekatan Scientific siswa  KELAS VI Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara. Maka Penulis menentukan indikator pencapaian Penelitian sebagai berikut :

Pemahaman siswa  terkai Ketika Bumi Berhenti Berputar berdasarkan evaluasi pembelajaran dengan bentuk soal HOTS dan tes akhir siklus dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa  yang tuntas pemahaman dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan kriteria 75% dari total siswa  dalam kelas, tuntas minimal pada tingkat C4 atau memuaskan dengan sedikit kekurangan. 

Perubahan Kemampuan Berfikir tingkat rendah (LOTS) menjadi HOTS atau Tingkat Tinggi terlihat dari adanya peningkatan aktivitas belajar siswa  dari minimum aktivitas belajar siswa  berkategori aktif atau baik. 

Prosentase hasil belajar siswa  mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.


5) DESKRIPSI PERSIKLUS

SIKLUS I

Pada Siklus I akan dilaksanakan Proses pembelajaran ini dilaksanakan pada awal bulan agustus hingga pertengahan, pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian kali ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yang memungkinkan terjadi dua siklus dalam penelitian. Pembelajaran kali ini difokuskan pada materi pokok Ketika Bumi Berhenti Berputar, yang dilaksanakan dua kali pertemuan yang membahas sub materi Bencana alam yang dikaitkan dengan hari kiamat, selanjutnya Makna Hari Kiamat, dalam dua pertemuan pembelajaran ini, dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan Scientific dalam prosesnya. Kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan secara tatapmuka terbatas, waktu yang digunakan tidak sama seperti sebelum terjadi pandemic covid 19, waktu yang diberikan hanya 30 menit dalam setiap pembelajaran, alhasil kegiatan mengerjakan LKPD dan Evaluasi Pembelajran dilakukan secara daring dengan instrument yang telah dibuat guru sebelumnya. Sama halnya dengan proses belajar mengajar yang menggunakan metode model maupun pendekatan lainnya, KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai dengan kegiatan pendahuluan. Dalam kegiatan ini guru mengawali dengan salam dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran kali ini, selanjutnya guru mengecek kehadiran siswa selanjutnya melakukan apersepsi yakni merivew materi pembelajaran sebelumnya kemudian mengaitkan dengan pembelajaran kali ini, selanjutnya guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan pendekatatan atau metode yang akan digunakan, selanjutnya guru meminta salah satu siswa untuk dapat memulai pembelajaran dengan berdoa, sembari berdoa guru melakukan penilaian sikap spiritual. 

Setelah melaksanakan kegiatan pendahuluan maka proses pembelajaran belanjut pada kegiatan inti, pada kegiatan inti guru memulai pembelajaran dengan menampilkan gambar berupa slide dan video kemudian meminta siswa untuk melakukan pengamatan terhadap slide dan video yang telah ditampilkan, kemudian guru meminta siswa untuk merumuskan masalah dari hasil pengamatan slide dan video yang telah ditayangkan, selanjutnya rumusan masalah tersebut dibuat pertanyaan kemudian diajuakan satu persatu kepada guru, dalam hal ini guru harus menginfentarisir setiap pertanyaan namun tidak untuk menjawabnya. Pertanyaan – pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya kemudian dikembalikan kepada siswa yang akan menjawabnya bersama kelompok yang sebelumnya dibentuk dan melakukan diskusi secara mendalam, pencarian informasi yang dilakuakn oleh siswa tidak dibatasi dalam buku paket saja namun siswa dapat memanfaatkan gadget yang tedimilikinya kemudian melakukan pencarian di internet dan membandingkan pendapat yang ditemukan sebelumnya. Setelah berdiskusi dengan sesame anggota kelompok siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya kemudian akan ditanggapi oleh kelompok yang lain, seperti itulah kegiatan diskusi berlangsung secara bergantian dan diakhiri dengan mengambil kesimpulan oleh salah seorang dari kelompok yang ada, setelahnya guru memberikan penguatan atas jawaban – jawaban yang telah diajukan sebelumnya oleh siswa, selanjutnya guru melakukan refleksi pembelajran dan melakukan evaluasi terbatas dengan cara mencongak, selanjutnya guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajran kali ini dan pada akhirnya guru menutup kegiatan pembelajran dengan berdoa bersama – sama. Pada akhir pembelajaran guru akan melakukan evaluasi dengan menggunakan soal berbentuk HOTS kemudian dari hasil evaluasi tersebut akan diketahui apakah penerapan pendekatan Scientific sudah berhasil atau tidak, jika belum berhasil maka akan diperbaiki dan dilanjutkan dengan siklus II

SIKLUS II

Pelaksanaan Siklus II akan sangat bergantung dari pelaksanaan Siklus I, jika pelaksanaan siklus I dirasa sudah mendapatkan hasil yang optimal yang tentu saja dibuktikan dengan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan sebelumnya oleh guru, maka siklus II tidak perlu lagi dilaksanakan, Penulis hanya akan langsung melakukan refleksi dan menyusun laporan, namun jika Penelitian menemukan hal sebaliknya maka pada siklus 2 akan dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dan penerapan pendekatan Scientifik atau pada factor yang mempengaruhi tidak tercapainya hasil yang diinginkan pada siklus I

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Proses belajar mengajar yang dilakukan pendidik dan siswa disekolah adalah bagian daru upaya besar untuk memperoleh perubahan mendasar dari peserta didik, perubahan ini meliputi tiga ranah yakni, ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

Pada ranah afektif siswa dituntut mengalami perubahan pada sikap dan tingkah laku, dalam kaitannya dengan kurikulum 2013 ranah afektif ini bertalian dengan sikap spiritual dan sikap sosial yang dimiliki siswa , yang wajib mengalami perubahan dan peningkatan. Sementara itu ranah kognitif bertalian dengan Kompetensi Inti 3 yakni siswa yang telah melakukan proses belajar mengajar akan dianggap berhasil jika mengalami perubahan dan peningkatan pengetahuannya yang dimilikinya dan dapat dilihat atau dibuktikan dari proses evaluasi diakhir pembelajaran.

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dipengaruhi dari berbagai macam faktor yang ada, diantaranya faktor internal peserta didik, guru, dan lingkungan belajar. Ketiga faktor ini dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan sebuah proses pembelajaran disamping beberapa faktor pendukung lainnya. Sementara itu setelah dilakukan observasi pada siswa  KELAS VI di Sekolah Dasar Negeri 1 Tutuyan 2 ditemukan bahwa siswa tidak mampu mengerjakan soal dengan bentuk Higher Order Thinking Skill (HOTS) siswa  hanya mampu mengerjakan soal dalam bentuk LOTS, kemampuan seperti ini sungguh sangat riskan dan menyedihkan, mengingat pertama siswa sudah ada pada level kelas tinggi pada Sekolah Dasar, kedua dalam menghadapi tantangan global dan refolusi industri 4.0 maka siswa dituntut untuk dapat berpikir kirtis dan tinggi sehingga kelak akan berdampak pada kehidupannya sehari – hari di masa depan nanti. 

Pada Penelitan Tindakan Kelas kali ini, Penulis memiliki asumsi bahwa jika pendidik menginginkan keberhasilan dalam sebuah proses pembelajaran dan kemampuan berfikir siswa akan mengalami peningkatan semula LOTS menjadi HOTS yang dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa di akhir pembelajaran, maka dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru wajib menggunakan pendekatan scientific sebab seperti yang dikatan Maria Emanuela Ine dalam jurnalnya yang berjudul (Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa  Pada Mata Pelajaran Ekonomi)  ”pendekatan scientific merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa . Pendekatan scientific lebih menekankan kepada siswa sebagai subjek belajar yang harus dilibatkan secara aktif” . Sejalan dengan pandangan diatas maka Penulis menganggap Penelitian kali ini akan memberi jawaban yang kongkret bahwa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran scientific siswa pemahaman siswa terkait dengan iman kepada malaikat akan semakin meningkat, dan harapan terjadinya perubahan dan peningkatan dalam ranah kognitif akan terwujud dalam evaluasi diakhir pembelajaran.

B. Deskripsi Siklus 1

Dalam siklus I ini akan diuraiakn untuk mengetahui secara jelas proses mulai dari perencanaan sampai hasil dari siklus pertama ini.

a) Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini diawali dengan mengadakan tes awal ( Pree Test) terkait materi yang sudah pernah dilaksanakan proses pembelajaran dengan bentuk soal HOTS pada tingkatan C4 dan C5 pada dimensi Kognitif, hasil dari pree test ini kemudian dilaksanakan pengamatan dan analisa dengan pedoman pengamatan dan analisa yang telah disusun sebelum melakukan penelitian. Setelah data data masuk dan diketahui hasilnya bahwa tingkat kemampuan siswa dalam mengerjakan tes dalam bentuk soal HOTS pada tingkatan dimensi Kognitif C4 dan C5 hanya 40% yang mampu mengerjakannya dengan benar.

Adapun hasil dari pengamatan dan analisa tersebut sebagai berikut :

NO Bentuk Soal dan Tingkatannya Jumlah Jawaban Siswa

  Menjawab Benar Menjawab Salah Keseluruhan

1 Menganalisis (C4) 4 Nomor 8 Orang 12 Orang 20 Orang

2 Mengkorelasikan (C4) 3 Nomor 8 Orang 12 Orang 20 Orang

3 Membandingkan (C5) 3 Nomor 8 Orang 12 Orang 20 Orang

Tabel 1.3

b) Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi 6 pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Dalam pembelajaran yang telah dilakukan oleh penulis juga senantiasa menerapkan kaidah dalam pendekatan scientific yang telah disebutkan sebelumnya diatas, pada awalnya penulis menjelaskan garis – garis besar terkait materi yang akan dipelajari hari ini, kemudian mulai mengembangkannya dengan persoalan nyata dan factual yang telah dialami langsung oleh siswa.

Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan sebagai rangsangan agar siswa berani mengeluarkan pendapat dan permasalahan yang mereka pikirkan, kemudian guru memulai proses inti dari pendekatan Scientifik yakni dimulai dengan mengamati, siswa diminta untuk mengamati slide juga video pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya kemudian diminta untuk merumuskan permasalahn yang kemudian dijadikan bahan pertanyaan, selanjutnya pertanyaan yang diutarakan siswa dijadikan sebagai bahan diskusi untuk dipecahkan bersama – sama dengan teman sekelompok, pada saat diskusi inilah terjadi proses, eksplorasi dan asosiasi, juga komunikasi antar anggota kelompok kemudian kesempatan ini dapat dimanfaatkan  guru untuk melakukan pengamatan dan penilaian sikap social yang nampak pada perilaku siswa saat melakukan diskusi. Setelah diskusi selesai siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan mepresentasikannya, dengan demikian lima langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran dengan pendekatan scientific sudah terlaksana terkahir guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran dilanjutkan dengan penguatan dan evaluasi dari guru.

c) Refleksi Siklus I

Tahap refleksi tindakan, dilakukan pada setiap akhir siklus. Pada refleksi peneliti harus dapat mengkaji kelemahan dan kelebihan dari penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran. Setelah dilakukan penerapan dalam proses pembelajaran maka penulis dapat menggambarkan hasil penelitian berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan penulis setelah menyelesaikan proses pembelajaran menggunakan metode daring, sebelumnya perlu di informasikan juga terkait dengan bentuk soal yang dibuat penulis sama dengan soal yang diuji dalam preetes yakni soal HOTS dengan tingkatan C4 hingga C5, penggunaan soal dengan bentuk yang sama adalah bertujuan untuk membuktikan sejauhmana keberhasilan yang didapat guru setelah melakukan penerapan pendekatan scientific. Untuk lebih jelasnya dapat melihat table dibawah ini.


NO Bentuk Soal dan Tingkatannya Jumlah Jawaban Siswa

  Menjawab Benar Menjawab Salah Keseluruhan

1 Menganalisis (C4) 4 Nomor 15 Orang 5 Orang 20 Orang

2 Mengkorelasikan (C4) 3 Nomor 16 Orang 4 Orang 20 Orang

3 Membandingkan (C5) 3 Nomor 9 Orang 11 Orang 20 Orang

Table 1.4

Dari informasi yang tergambar pada table 1.4 dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan terhadap kemampuan berpikir siswa, hal ini dibuktikan dari banyaknya siswa yang mampu mengerjakan soal dengan bentuk hots pada level C4 dan C5, perlu digaris bawahi bahwa perubahan ini mengarah pada perubahan positif, namun perubahan yang terjadi belumlah signifikan terjadi pada siswa dan belumlah bisa disimpulkan bahwa akan terjadi perubahan yang sama pada pembelajaran selanjutnya, oleh karenanya penelitian ini akan dilanjutkan pada tahap siklus II untuk membuktikan dan lebih meyakinkan peneliti bahwa treatmen yang telah dilakukan dapat terus diaplikasikan dan yang paling penting tujuan dari penelitian ini akan bisa tercapai semaksimal mungkin.

d) Deskripsi Siklus II

Setelah melakukan tindakan penelitian pada siklus I penulis merasa perlu melakukan beberapa perbaikan dalam perencanaan pembelajaran dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta kebutuhan penelitian. Perbaikan ini diharapkan mampu meningkatkan hasil evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga dapat menggambarkan peningkatan kemampuan berpikir siswa yang artinya penelitian ini akan semakin dekat dengan hasil yang ingin dicapai.

Pada siklus II penulis juga ingin membuktikan bahwa treatmen yang telah dilakukan dapat menghasilkan hasil pembelajaran yang ajeg artinya jika dilakukan dengan benar dengan memperhatikan factor – factor yang mempengaruhi keberhasilan dan meminimalisir kemungkinan kegagalan dalam penerapannya maka peningkatan hasil evaluasi belajar siswa akan didapatkan pada materi apapun, dan memampu menggambarkan bahwa kemampuan berfikir siswa mengalami peningkatan.

Setelah melakukan proses pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya kemudian melakukan evaluasi pembelajaran maka hasil yang didapati dapat dijelaskan dalam table berikut :

NO Bentuk Soal dan Tingkatannya Jumlah Jawaban Siswa

  Menjawab Benar Menjawab Salah Keseluruhan

1 Menganalisis (C4) 4 Nomor 18 Orang 2 Orang 20 Orang

2 Mengkorelasikan (C4) 3 Nomor 17 Orang 4 Orang 20 Orang

3 Membandingkan (C5) 3 Nomor 10 Orang 10 Orang 20 Orang

Tabel 1.5

sebelumnya perlu di informasikan juga terkait dengan bentuk soal yang dibuat penulis sama dengan soal yang diuji dalam Siklus I yakni soal HOTS dengan tingkatan C4 hingga C5, penggunaan soal dengan bentuk yang sama adalah bertujuan untuk membuktikan sejauhmana keberhasilan yang didapat guru setelah melakukan penerapan pendekatan scientific. Dalam pemaparan data diatas tergambar dengan jelas bahwa benar dengan menerapkan pendekatan scientific siswa menjadi lebih aktif.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran ini dimanfaatkan betul oleh guru untuk mengarahkan siswa sehingga dapat mencari sendiri informasi yang dibutuhkan sehingga pengalaman yang didapatkan oleh siswa adalah murni pengalaman pribadinya dalam mendapatkan informasi. Informasi yang didapatkan dengan sendiri akan bertahan jauh lebih lama didalam pikiran siswa, hal ini sejalan dengan pepatah inggris “Easy Come, Easy Go” mudah datang mudah pergi artinya jika suatu informasi didapai dengan usaha sendiri maka insyaallah akan sulit pergi dari pikiran siswa siswi yang melakukan proses pembelajaran.

e) Pembahasan Tiap Siklus

Dalam pembahasan tiap ssiklus ini akan ditampilkan hasil pengamatan padamsikluspertama dan hasil pengamatan pada siklus ke dua. Adapun hasilnya kita akan bandingkan adalah sebagai berikut.

Tabel perbandingan nilai antara siklus 1 dan siklus 2

NO Bentuk Soal dan Tingkatannya Jumlah Jawaban Siswa

  Menjawab Benar Menjawab Salah Keseluruhan

1 Menganalisis (C4) 4 Nomor 15 18 5 2 20 Orang

2 Mengkorelasikan (C4) 3 Nomor 16 17 4 4 20 Orang

3 Membandingkan (C5) 3 Nomor 9 10 11 10 20 Orang

Tabel 1.6

  

Dari gambaran data pada table 1.6 kita dapat melihat terjadi peningkatan pada hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II, jika kita terjemahkan dengan diagram batang maka hasilnya akan seperti ini :

Dari pemaparan data dalam diagram batang sebenarnya sudah bisa disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini sudah tercapai, hanya saja sebaiknya prosedur pendekatan scientific dalam pembelajaran haruslah dilakukan berkali – kali dengan subjek dan objek yang berbeda sehingga dapat dilakukan pengkajian yang secara mendalam, sehingga treatmen yang dilakukan saat ini akan senantiasa teruji yang kemudian factor – factor yang mempengaruhi keberhasilan mampu kita tingkatkan, sementara factor – factor yang memicu kegagalan dalam penerapan pendekatan scientific dapat diminimalisir.

f) Kesimpulan Hasil Penelitian

Pendekatan Saintifik sangat tepat diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia Yang paling penting dalam pembelajaran saintifik adalah keilmiahan dalam proses pembelajaran karena akan meningkatkan kualitas peserta didik dengan mengembangkan unsur sikap pengetahuan dan keterampilan siswa. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis. Sedangkan langkah langkahnya adalah: mengamati, menanya, eksplorasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Penerapan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik harus sudah diterapkan sejak dini mulai dari SD, karena diharapkan pendidikan ini berkelanjutan tidak putus sampai dengan SMA dan perguruan tinggi, jika penerapan kurikulum ini benar maka 5 atau 15 tahun mendatang Indonesia akan menjadi negara yang besar yang akan mampu bersaing dengan Negara manapun di dunia. 

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum lampiran IV dinyatakan bahwa metode yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah pendekatan saintifik yang diperkaya dengan pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis projek. Pendekatan Saintifik dengan atau tanpa diperkaya dengan salah satu atau lebih di antara pendekatan-pendekatan pembelajaran berikut: Pembelajaran Berbasis Projek, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Kooperatif, dan Pendekatan Komunikatif. Pemilihan tambahan metode/pendekatan dapat dilakukan dengan menganalisis buku siswa, buku guru dan/atau berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka penulis berkesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar terbukti mampu meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah LOTS siswa menjadi Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi HOTS siswa dibuktikan dengan hasil evaluasi belajar yang dilampirkan.

2. Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar mengalami keberhasilan karena peneliti melakukan perencanaan tindakan penelitian dengan melakukan kajian yang mendalam dan dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi keberhasilan serta berhasil meminimalisir factor penyebab kegagalan dalam penerapan pendekatan

3. Pada penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar juga memperhatikan pengelolaan kelas dan konsisten dalam melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran

4. Pada penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar Juga Menggunakan berbagai macam sumberbelajar yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran siswa didalam kelas.

5. Pada penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar dengan HOTS sebagai IPK yang harus dicapai ditetapkan secara bertahap dan berkelanjutan.

6. Penerapan Pendekatan Scientific akan mengalami kegagalan apabila sarana dan prasarana yang ada tidak menunjang pembelajaran menggunakan pendekatan ini

7. Guru harus selalu berinovasi dalam melakukan proses pembelajaran yang tidak terbatas pada ruang kelas sebagai tempat dan waktu pembelajaran sebagai batas waktu, namun dengan teknologi komunikasi yang semakin canggih dimungkinkan guru melakukan pembimbingan pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

8. Keberhasilan penerapan pendekatan Scientific juga disebabkan karena dukungan dari semua pihak yang terkait dengan proses pembelajaran.

















BAB V

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka penulis berkesimpulan sebagai berikut :

Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar terbukti mampu meningkatkan kemampuan berfikir tingkat rendah LOTS siswa menjadi Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi HOTS siswa dibuktikan dengan hasil evaluasi belajar yang dilampirkan.

Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar mengalami keberhasilan karena peneliti melakukan perencanaan tindakan penelitian dengan melakukan kajian yang mendalam dan dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi keberhasilan serta berhasil meminimalisir factor penyebab kegagalan dalam penerapan pendekatan

Pada penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar juga memperhatikan pengelolaan kelas dan konsisten dalam melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran

Pada penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar Juga Menggunakan berbagai macam sumberbelajar yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran siswa didalam kelas.

Pada penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Ketika Bumi Berhenti Berputar dengan HOTS sebagai IPK yang harus dicapai ditetapkan secara bertahap dan berkelanjutan.

Penerapan Pendekatan Scientific akan mengalami kegagalan apabila sarana dan prasarana yang ada tidak menunjang pembelajaran menggunakan pendekatan ini

Guru harus selalu berinovasi dalam melakukan proses pembelajaran yang tidak terbatas pada ruang kelas sebagai tempat dan waktu pembelajaran sebagai batas waktu, namun dengan teknologi komunikasi yang semakin canggih dimungkinkan guru melakukan pembimbingan pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Keberhasilan penerapan pendekatan Scientific juga disebabkan karena dukungan dari semua pihak yang terkait dengan proses pembelajaran.

2. SARAN

Setelah Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Dengan Judul Peningkatan Kemempuan Berfikir Tingkat Rendah LOTS Siswa Menjadi Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi HOTS Pada Materi Ketika Bumi Berjenti Berputar Siswa Kelas VI SDN 1 TUTUYAN 2 penulis memiliki beberapa saran yang hendak diutarakan kepada penulis sendiri juga pembaca laporan hasil penelitian ini, adapun saran yang bisa diberikan penulis sebagai berikut :

1. Penelitian kedepan harus memperhitungkan waktu dan tempat yang lebih baik, sehingga tidak terbentur pada aturan aturan yang ada terkait dengan protkol Kesehatan covid 19

2. Penelitian ini tidak boleh berhenti pada hasil kali ini, namun harus diupayakan untuk dilakukan penelitian serupa pada subjek dan objek penelitian yang berbeda

3. Dalam melaksanakan penelitian peneliti harus menyiapkan sumber informasi yang banyak sehingga bisa menunjang keberhasilan dalam proses penelitian





DAFTAR PUSTAKA


Maria Emanuela Ine, Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa  Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan Pasar, hal. 3-4 https://eprints.uny.ac.id/21909/1/26%20Maria%20Emanuela%20Ine.pdf, diakses 24 JUli 2021)

Prof.Dr. Ekawarna, PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Jakarta:GP Press Group, 2013)

Dr.Mu’alimin MPd.I, Rahmat Arofah Cahyadi,S.Pd.MPd.I,PENELITIAN TINDAKAN KELAS teori dan Praktik (Pasuruan : Granding Pustaka, 2014),

Yoki Ariyana, MT. Widyaiswara, Dr. Ari Pudjiastuti M.Pd. Reisky Bestary, M.Pd. Prof. Dr. Zamroni, Ph.D, Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018) 

Epriliana Rifanti, Jurnal PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2019) 

Salinan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendekatan_saintifik, (24 Juli 2021 08:00)

Ari Pudjiastuti,M.Pd, Dra,(Widyaiswara P4TK PKN dan IPS, Malang),Instrumen Penelitian, Diklat KTI 2007

Ahmad Rohani HM, DRS, dkk, Pengelolaan Pengajaran,      Rineka      Cipta,    Jakarta, 1990

Heri Sukaraman, M.Sc.Ed,                        Dasar Dasar Didaktik dan                                         Penerapannya Dalam  Pembelajaran,      Depdiknas     

Dirjen                        Pendasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan,Jakarta, 2003 

Rosestyah N.K, Ny, Dra,        Masalah         Masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta, 1986

Rosestyah N.K, Ny, Dra, Masalah Pengajaran           Sebagai suatu  Sistem, Bina  Aksara,Jakarta, 1986

Safari, MA, Drs, Evaluasi Pembelajaran,     Departemen Pendidikan 

Nasional,  Dirjen  Pendasmen,       Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003

Sofiyah Ramdhani ES, Kamus Lengkap Bahasa   Indonesia, Karya  Agung, Surabaya, 2002

Suprayekti,M.Pd,Dra,    Intraksi     Belajar Mengajar,         Depdiknas     Dirjen  Pendasmen, Direktorat                        Tenaga   Kependidikan,   Jakarta 2003






LAMPIRAN – LAMPIRAN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)


Nama Sekolah :  SDN 1 Tutuyan 2

Mata Pelajaran :  Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti

Kelas / Semester : VI / 1

Pembelajaran 1 :  Ketika Bumi Berhenti Berputar

Materi Pokok :  Hari Akhir Dan Kaitannya Dengan Bencana Alam

Alokasi Waktu          :   4 x 35 Jam Pelajaran


A. KOMPETENSI INTI (KI)

KI-1   :  Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2   :  Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

KI-3   :  Memahami pengetahuan faktual dengan cara  mengamati, menanya dan  mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

KI-4   :  Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam  bahasa  yang jelas,  sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan  yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.


B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1.2   Meyakini adanya  Hari Akhir sebagai implementasi  dari pemahama Rukun Iman

2.6   Memiliki perilaku yang mencerminkan iman kepada Hari Akhir

3.3 Memahami makna Hari Akhir dan kaitannya dengan bencana Alam 1.2.1    Peserta didik  Meyakini adanya  Hari Akhir sebagai implementasi  dari pemahama Rukun Iman 

2.6.1 Membiasakan Diri beribadah dan menjalankan Perintah Allah SWT Sebagai cerminan Iman Kepada Hari Akhir

3.3.1 Menjelaskan Makna Hari Akhir

3.3.2. Menggambarkan Kejadian Hari akhir sesuai dengan dalil dalam Al – Qur’an

3.3.3. Mengaitkan Makna Hari Akhir dengan Kejadian Bencana alam

C.   TUJUAN PEMBELAJARAN

Dengan proses pembelajaran peserta didik dapat :

Meyakini adanya hari akhir

Membiasakan diri menjalankan aktivitas peribadatan sebagai wujud beriman kepada hari akhir

memahami makna hari akhir dan mengaitannya dengan kejadian bencana alam

mendeskripsikan keadaan saat terjadinya hari akhir


C. METODE PEMBELAJARAN

Pendekatan     : Saintifik

Metode           : diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah

Pembelajaran : Daring


D. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR


Sumber Belajar :

-      Buku Guru & Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VI SD/MI, 

-      Juz ‘Amma dan Terjemahnya

-      Al-Quran dan Terjemahnya

-      Beberapa Artikel yang berkaitan dari internet

Media :

-      Gambar pada buku siswa/Powerpoint

Alat :

-      Laptop, In Focus


G.   LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan

Mengucapkan salam dan berdo’a bersama;

Menyapa peserta didik Menanyakan Kabar dan perihal kesehatan 

Memeriksa kehadiran, kerapihan berpakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan protocol kesehatan; 

Merivew pembelajaran sebelumnya dan mengaitkannya dengan pembelajaran saat ini

Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Guru membagikan Ringkasan Materi dan meminta peserta didik untuk dapat membacanya 10 Menit

2. Inti

Mengamati

Guru Menayangkan Gambar / Video Tentang Bencana Alam Yang terjadi Saat Ini

Peserta didik diminta untuk mengamati gambar/ Video tentang bencana alam yang terjadi serta keterkaitannya dengan Hari Akhir

Peserta didik diminta untuk mengomentari terkait gambar – gambar / Video yang telah dipaparkan sebelumnya dan dikaitkan dengan Hari Akhir

Menanya

Peserta didik diberi kesempatan  untuk menanya tentang hal yang telah diamatinya, apabila mengalami kesulitan guru memberikan bimbingan dan panduan (stimulus) agar peserta didik mencari tahu dengan cara menanya.

Pertanyaan peserta didik yang diharapkan tidak saja apa atau siapa, tetapi mengapa dan bagaimana.

Pertanyaan peserta didik diinventarisir guru dan tidaklangsung menjawabnya.

Guru Membagi peserta didik dalam beberapa kelompok

Eksperimen/explore

Guru membagikan setiap pertanyaan yang telah diajukan sebelumnya kepada setiap kelompok

Selanjutnya  secara berkelompok diadakan diskusi untuk menanggapi dan menjawab beberapa pertanyaan.

Proses mendapatkan  tanggapan  dan jawaban atau pelaksanaan diskusi difasilitasi oleh guru dengan menjadi moderator sehingga berjalan dengan baik.

Asosiasi

Setiap anggota kelompok berusaha mencermati setiap pertanyaan dan berusaha untuk mendapatkan jawaban 

Guru meminta Setiap anggota kelompok secara aktif saling berdiskusi dan dapat menggunakan semua media untuk menemukan jawaban

Mengkomunikasikan

Salah seorang dari anggota kelompok memaparkan jawaban dari hasil diskusi kelompok 

Guru meminta Peserta didik atau kelompok  lain menanggapi.

Salah satu peserta didik atau perwakilan kelompok diminta untuk menyimpullkan hasil diskusi.

Peserta didik diberi penjelasan oleh guru sebagai tambahan  dan penguatan tentang maksud isi gambar/ilustrasi.

Peserta didik menyimak  penjelasan guru.

Dari hasil menyimak kisah tersebut, peserta didik diberikan kesempatan  untuk bertanya baik secara individu maupun secara berkelompok.

Guru merangsang pengaitan  Hari Kiamat dengan bencana alam yang terjadi dalam kehidupan nyata secara kontekstual.

120 Menit

3. Penutup

Peserta didik membuat kesimpulan.

Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya.

Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu maupun kelompok dengan cara daring.

Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam.

10 Menit


H.   PENILAIAN HASIL BELAJAR

a. Pengamatan

Guru perlu melakukan penilaian terhadap peserta didik untuk memastikan apakah perilakunya sudah mengamalkan sikap percaya diri. Penilaian yang tepat adalah menggunakan pengamatan.

penilaian sikap:

Nama peserta didik          :           ……………………………………

Kelas                                :           ………………………………………

Tanggal pengamatan        :           ………………………………

Sikap sosial yang diamati             :           Percaya diri

No Aspek Pengamatan Skor

  1 2 3 4

1 Melakukan tugas-tugas di sekolah.

2 Tidak terpengaruh oleh ucapan dan perbuatan orang lain yang kurang baik.

3 Berani melakukan hal-hal yang baik.

4 Tidak putus asa dalam melakukan pekerjaan.

5 Tidak menyontek saat ulangan.

6 Menghargai pendapat orang lain.

7 Memperbaiki diri apabila melakukan kesalahan.

Skor Maksimum

Keterangan:

4 =  selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan.

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan.

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.


b. Rubrik Penilaian Diskusi

No Nama Kelompok Aspek yang Dinilai Skor Maks Nilai Ketuntasan Tindak Lanjut

  1 2 3 T TT R P

1

2

dst.


c. Aspek dan rubrik penilaian:.

Aspek Penilaian Nilai Perolehan Nilai

1) Kejelasan dan kedalaman informasi

a. Jika  kelompok   tersebut  dapat   memberikan kejelasan dan kedalaman informasi lengkap dan sempurna. 30

b. Jika  kelompok   tersebut  dapat    memberikan penjelasan  dan kedalaman  informasi lengkap  dan kurang sempurna. 20

c. Jika  kelompok   tersebut  dapat   memberikan penjelasan  dan  kedalaman  informasi kurang lengkap. 10

2) Keaktifan dalam diskusi

a. Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi. 30

b. Jika  kelompok   tersebut  berperan  aktif dalam diskusi. 20

c. Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi.

10

3) Kejelasan dan kerapian presentasi

a.    Jika kelompok  tersebut dapat  mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi. 40

b     Jika kelompok  tersebut dapat  mempresentasikan dengan jelas dan rapi. 30

c.    Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan kurang rapi. 20

d.   Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak rapi. 10

Total Perolehan Nilai


Perhitungan Perolehan Nilai

Nilai akhir yang  diperoleh setiap kelompok  merupakan akumulasi perolehan nilai untuk setiap aspek yang dinilai.

Nilai yang diperoleh X 4  =  ...

Nilai maksimal (100)

.

• Guru diharapkan memiliki catatan sikap atau nilai-nilai karakter yang dimiliki peserta didik selama dalam proses pembelajaran. Catatan terkait dengan sikap atau nilai karakter yang dimiliki oleh peserta didik dapat dilakukan dengan tabel berikut ini:

No Nama peserta Didik Kriteria

  Toleransi Demokratis Komunikatif Kreatif

  BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1 Keika

2 Wijar

dst …..


dst.

Keterangan:

Sebelum menetapkan nilai bagi peserta  didik, guru terlebih dahulu harus menentukan indikator  pencapaian yang  diinginkan.  Berikut ini contoh indikator untuk setiap sikap yang akan dinilai

No. Aspek Sikap Indikator

1. Toleransi Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

2. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

3. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

4. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki


Sesuai dengan indikator  yang  diperlihatkan  peserta  didik, guru  dapat melakukan penilaian melalui rubrik berikut:

Kriteria Keterangan Nilai

MK Membudaya secara konsisten (apabila peserta didik terus menerus     memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten). 4

MB Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai kon- sisten). 3

MT Mulai terlihat (apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator namun belum konsisten). 2

BT Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). 1

Perhitungan Penilaian Sikap

Berdasarkan Permendikbud No.104 Tahun 2014 tentang Penilaian, Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan modus 3,00 atau predikat Baik (B).

Contoh perhitungan akhir untuk penilaian sikap adalah sebagai berikut:

No Nama peserta Didik Kriteria

  Toleransi Demokratis Komunikatif Kreatif

  BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1 Wijar

2 Fifi

dst …..

Sikap secara umum:

Sikap secara umum dapat diperoleh dari keseluruhan nilai yang dicapai oleh Alif. Jika nilai yang dicapai oleh Alif adalah sebagai berikut:

• untuk toleransi, nilai yang diperoleh adalah MK = 4;

• untuk demokrasi, nilai yang diperoleh adalah MB = 3;

• untuk komunikasi, nilai yang diperoleh adalah MB = 3; dan

• untuk kreatifitas, nilai yang diperoleh adalah BT = 1

Maka secara umum dalam hal sikap, Alif memperoleh nilai:

4+3+3+1=11. Mengingat sikap yang dinilai adalah empat sikap dan setiap sikap mempunyai nilai tertinggi adalah 4, maka nilai maksimal untuk keseluruhannya adalah: 4 x 4 = 16, maka perhitungan umum perolehan nilai sikap adalah sebagai berikut:

Nilai yang diperoleh x 4 = …..

Nilai maksimal  


11 x 4 = 2.75 (B-)

16  

Ini menunjukkan bahwa sikap Alif secara umum adalah baik. Selanjutnya, guru perlu memberikan penilaian secara deskriptif untuk mengetahui sikap mana yang sudah baik dan sikap mana yang memerlukan pembinaan lebih lanjut.


Contoh pendeskripsian nilai:

Alif menunjukkan sikap yang sangat baik dalam toleransi dan menunjukkan sikap yang baik dalam hal demokrasi dan komunikasi, namun perlu usaha-usaha dan pembinaan lebih lanjut dalam hal kreatifitas


Mengetahui,

Kepala Sekolah,




Ifria Umar, S.Pd

NIP.197104061992082001 Tutuyan,        

Guru Mapel PAI,




Imam Handoyo, S.Pd.I

NIP.199009152015031002



















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)


Nama Sekolah :  SDN 1 Tutuyan 2

Mata Pelajaran :  Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti

Kelas / Semester : VI / 1

Pembelajaran 2 :  Ketika Bumi Berhenti Berputar

Materi Pokok :  Makna Hari Kiamat

Alokasi Waktu          :   1 x 30 Jam Pelajaran


E. KOMPETENSI INTI (KI)

KI-1   :  Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2   :  Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.

KI-3   :  Memahami pengetahuan faktual dengan cara  mengamati, menanya dan  mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

KI-4   :  Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam  bahasa  yang jelas,  sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan  yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.


F. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

1.2   Meyakini adanya  Hari Akhir sebagai implementasi  dari pemahama Rukun Iman

2.6   Memiliki perilaku yang mencerminkan iman kepada Hari Akhir

3.3 Memahami makna Hari Akhir dan kaitannya dengan bencana Alam 1.2.1    Peserta didik  Meyakini adanya  Hari Akhir sebagai implementasi  dari pemahama Rukun Iman 

2.6.1 Membiasakan Diri beribadah dan menjalankan Perintah Allah SWT Sebagai cerminan Iman Kepada Hari Akhir

3.3.1 Menjelaskan Makna Hari Kiamat

3.3.2. Menggambarkan Kejadian Hari akhir sesuai dengan dalil dalam Al – Qur’an sesuai dengan Q.S.Al - Qoriah

C.   TUJUAN PEMBELAJARAN

Dengan proses pembelajaran peserta didik dapat :

Meyakini adanya hari akhir

Membiasakan diri menjalankan aktivitas peribadatan sebagai wujud beriman kepada hari akhir

memahami makna hari akhir dan mengaitannya dengan kejadian bencana alam

mendeskripsikan keadaan saat terjadinya hari akhir


G. METODE PEMBELAJARAN

Pendekatan     : Saintifik

Metode           : diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah

Pembelajaran : tatap muka terbatas


H. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR


Sumber Belajar :

-      Buku Guru & Buku Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VI SD/MI, 

-      Juz ‘Amma dan Terjemahnya

-      Al-Quran dan Terjemahnya

-      Beberapa Artikel yang berkaitan dari internet

Media :

-      Gambar pada buku siswa/Powerpoint/video youtube

Alat :

-      Laptop, In Focus


G.   LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Kegiatan Pembelajaran Waktu

1. Pendahuluan

Mengucapkan salam dan berdo’a bersama;

Menyapa peserta didik Menanyakan Kabar dan perihal kesehatan 

Memeriksa kehadiran, kerapihan berpakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan protocol kesehatan; 

Merivew pembelajaran sebelumnya dan mengaitkannya dengan pembelajaran saat ini

Menyampaikan tujuan pembelajaran.

Guru membagikan Ringkasan Materi dan meminta peserta didik untuk dapat membacanya 5 Menit

2. Kegiatan Inti

Mengamati.

Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok

Guru membagikan ulasan berupa artikel atau teks bacaan tentang makna hari kiamat dan mengaitkan dengan dalil dalam Q.S. Al – Qoria’ah

Guru menayangkan video tentang gambaran hari kiamat

siswa secara berkelompok  di minta kembali mencermati ulasan tentang makna  Hari Akhir  beserta Q.S. al-Qari’ah yang menyertainya.

Menanya

siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan terkait apa yang telah dibaca dan diamati untuk dijadikan bahan diskusi jika tidak ada yang bertanya maka

Guru memberikan beberapa pertanyaan terkait ulasan video dan artikel yang telah dibaca dan dicermati sebelumnya oleh siswa

Experiment/explore

Dalam kelompok masing-masing,  peserta didik di instruksikan untuk mendiskusikan pertanyaan terkait dengan makna hari akhir yang terkandung di dalam Q.S. al-Qari’ah  tersebut dan mengidentifikasi  maksud dari Hari Akhir serta peristiwa apa saja yang terjadi didalamnya.

Peserta didik diminta untuk mencari berbagai informasi baik berdasarkan buku dan informasi yang terdapat dalam internet

Mengasosiasikan

Setiap anggota kelompok berusaha mencermati setiap pertanyaan dan berusaha untuk mendapatkan jawaban 

Guru meminta Setiap anggota kelompok secara aktif saling berdiskusi dan dapat menggunakan semua media untuk menemukan jawaban

Mengkomunikasikan

Setiap kelompok menyampaikan  hasil diskusinya 

kelompok lain mengemukakan pertanyaan.  

Guru memberikan penguatan terhadap  hasil diskusi peserta didik,  kemudian menjelaskan kembali makna Hari Akhir dan peristiwa yang terjadi didalamnya berdasarkan Q.S. al-Quri’ah tersebut dan sumber lain yang relevan.

20 Menit

3. Penutup

Guru menunjuk Peserta didik untuk membuat kesimpulan.

Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya.

Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu maupun kelompok dengan cara daring.

Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Menutup pelajaran dengan berdo’a dan salam.

5 Menit


H.   PENILAIAN HASIL BELAJAR

a. Pengamatan

Guru perlu melakukan penilaian terhadap peserta didik untuk memastikan apakah perilakunya sudah mengamalkan sikap percaya diri. Penilaian yang tepat adalah menggunakan pengamatan.

penilaian sikap:

Nama peserta didik          :           ……………………………………

Kelas                                :           ………………………………………

Tanggal pengamatan        :           ………………………………

Sikap sosial yang diamati             :           Percaya diri

No Aspek Pengamatan Skor

  1 2 3 4

1 Melakukan tugas-tugas di sekolah.

2 Tidak terpengaruh oleh ucapan dan perbuatan orang lain yang kurang baik.

3 Berani melakukan hal-hal yang baik.

4 Tidak putus asa dalam melakukan pekerjaan.

5 Tidak menyontek saat ulangan.

6 Menghargai pendapat orang lain.

7 Memperbaiki diri apabila melakukan kesalahan.

Skor Maksimum

Keterangan:

4 =  selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan.

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan.

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan.


b. Rubrik Penilaian Diskusi

No Nama Kelompok Aspek yang Dinilai Skor Maks Nilai Ketuntasan Tindak Lanjut

  1 2 3 T TT R P

1

2

dst.


c. Aspek dan rubrik penilaian:.

Aspek Penilaian Nilai Perolehan Nilai

1) Kejelasan dan kedalaman informasi

a. Jika  kelompok   tersebut  dapat   memberikan kejelasan dan kedalaman informasi lengkap dan sempurna. 30

b. Jika  kelompok   tersebut  dapat    memberikan penjelasan  dan kedalaman  informasi lengkap  dan kurang sempurna. 20

c. Jika  kelompok   tersebut  dapat   memberikan penjelasan  dan  kedalaman  informasi kurang lengkap. 10

2) Keaktifan dalam diskusi

a. Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi. 30

b. Jika  kelompok   tersebut  berperan  aktif dalam diskusi. 20

c. Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi.

10

3) Kejelasan dan kerapian presentasi

a.    Jika kelompok  tersebut dapat  mempresentasikan dengan sangat jelas dan rapi. 40

b     Jika kelompok  tersebut dapat  mempresentasikan dengan jelas dan rapi. 30

c.    Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas dan kurang rapi. 20

d.   Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas dan tidak rapi. 10

Total Perolehan Nilai


Perhitungan Perolehan Nilai

Nilai akhir yang  diperoleh setiap kelompok  merupakan akumulasi perolehan nilai untuk setiap aspek yang dinilai.

Nilai yang diperoleh X 4  =  ...

Nilai maksimal (100)

.

• Guru diharapkan memiliki catatan sikap atau nilai-nilai karakter yang dimiliki peserta didik selama dalam proses pembelajaran. Catatan terkait dengan sikap atau nilai karakter yang dimiliki oleh peserta didik dapat dilakukan dengan tabel berikut ini:

No Nama peserta Didik Kriteria

  Toleransi Demokratis Komunikatif Kreatif

  BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1 Keika

2 Wijar

dst …..


dst.

Keterangan:

Sebelum menetapkan nilai bagi peserta  didik, guru terlebih dahulu harus menentukan indikator  pencapaian yang  diinginkan.  Berikut ini contoh indikator untuk setiap sikap yang akan dinilai

No. Aspek Sikap Indikator

1. Toleransi Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

2. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

3. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain

4. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki


Sesuai dengan indikator  yang  diperlihatkan  peserta  didik, guru  dapat melakukan penilaian melalui rubrik berikut:

Kriteria Keterangan Nilai

MK Membudaya secara konsisten (apabila peserta didik terus menerus     memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten). 4

MB Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai kon- sisten). 3

MT Mulai terlihat (apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator namun belum konsisten). 2

BT Belum terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). 1

Perhitungan Penilaian Sikap

Berdasarkan Permendikbud No.104 Tahun 2014 tentang Penilaian, Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan modus 3,00 atau predikat Baik (B).

Contoh perhitungan akhir untuk penilaian sikap adalah sebagai berikut:

No Nama peserta Didik Kriteria

  Toleransi Demokratis Komunikatif Kreatif

  BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK

1 Wijar

2 Fifi

dst …..

Sikap secara umum:

Sikap secara umum dapat diperoleh dari keseluruhan nilai yang dicapai oleh Alif. Jika nilai yang dicapai oleh Alif adalah sebagai berikut:

• untuk toleransi, nilai yang diperoleh adalah MK = 4;

• untuk demokrasi, nilai yang diperoleh adalah MB = 3;

• untuk komunikasi, nilai yang diperoleh adalah MB = 3; dan

• untuk kreatifitas, nilai yang diperoleh adalah BT = 1

Maka secara umum dalam hal sikap, Alif memperoleh nilai:

4+3+3+1=11. Mengingat sikap yang dinilai adalah empat sikap dan setiap sikap mempunyai nilai tertinggi adalah 4, maka nilai maksimal untuk keseluruhannya adalah: 4 x 4 = 16, maka perhitungan umum perolehan nilai sikap adalah sebagai berikut:

Nilai yang diperoleh x 4 = …..

Nilai maksimal  


11 x 4 = 2.75 (B-)

16  

Ini menunjukkan bahwa sikap Alif secara umum adalah baik. Selanjutnya, guru perlu memberikan penilaian secara deskriptif untuk mengetahui sikap mana yang sudah baik dan sikap mana yang memerlukan pembinaan lebih lanjut.


Contoh pendeskripsian nilai:

Alif menunjukkan sikap yang sangat baik dalam toleransi dan menunjukkan sikap yang baik dalam hal demokrasi dan komunikasi, namun perlu usaha-usaha dan pembinaan lebih lanjut dalam hal kreatifitas


Mengetahui,

Kepala Sekolah,




Ifria Umar, S.Pd

NIP.197104061992082001 Tutuyan,        

Guru Mapel PAI,




Imam Handoyo, S.Pd.I

NIP.199009152015031002













Analisis Soal Pada Preetest

No Nama Nomor Soal Jumlah

  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  

1 Aditya Masloman 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7

2 Ahmad Saefullah 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7

3 Chindi Modeong 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 7

4 Ersha Khayra Korompot 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7

5 Farhan Nur Mustaqiem 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8

6 Fitria Paputungan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6

7 Fitriani Karto 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7

8 Gio Fandi Paputungan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

9 Jonathan Paputungan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7

10 Kania Modeong 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

11 Lebi Saputra Tapepa 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

12 Meyriska Latodjo 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 6

13 Much. Ayril Sukma 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7

14 Nabila Tiara Anggrainy Gaib 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5

15 Queen Az-Zahra Damopolii 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 6

16 Rama Dwi Putra Abug 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6

17 Rezky Al Zikry Modeong 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6

18 Risya Paputungan 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 5

19 Wahyu Yaya Wizar Paputungan 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6

20 Widianingsi Makalalag 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6

Jumlah Soal Benar 8 13 12 14 16 18 17 16 13 6  














Analisis Soal Evaluasi Siklus I

No Nama Nomor Soal Jumlah

  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  

1 Aditya Masloman 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

2 Ahmad Saefullah 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8

3 Chindi Modeong 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

4 Ersha Khayra Korompot 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8

5 Farhan Nur Mustaqiem 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9

6 Fitria Paputungan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7

7 Fitriani Karto 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8

8 Gio Fandi Paputungan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

9 Jonathan Paputungan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7

10 Kania Modeong 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

11 Lebi Saputra Tapepa 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

12 Meyriska Latodjo 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 6

13 Much. Ayril Sukma 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7

14 Nabila Tiara Anggrainy Gaib 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7

15 Queen Az-Zahra Damopolii 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7

16 Rama Dwi Putra Abug 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 6

17 Rezky Al Zikry Modeong 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6

18 Risya Paputungan 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 6

19 Wahyu Yaya Wizar Paputungan 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 7

20 Widianingsi Makalalag 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6

Jumlah Soal Benar 8 13 14 14 16 18 17 17 14 14  














Analisis Soal Pada Siklus II

No Nama Nomor Soal Jumlah

  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  

1 Aditya Masloman 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

2 Ahmad Saefullah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

3 Chindi Modeong 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

4 Ersha Khayra Korompot 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9

5 Farhan Nur Mustaqiem 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9

6 Fitria Paputungan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7

7 Fitriani Karto 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8

8 Gio Fandi Paputungan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

9 Jonathan Paputungan 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8

10 Kania Modeong 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

11 Lebi Saputra Tapepa 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

12 Meyriska Latodjo 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 7

13 Much. Ayril Sukma 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7

14 Nabila Tiara Anggrainy Gaib 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8

15 Queen Az-Zahra Damopolii 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7

16 Rama Dwi Putra Abug 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7

17 Rezky Al Zikry Modeong 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

18 Risya Paputungan 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 7

19 Wahyu Yaya Wizar Paputungan 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8

20 Widianingsi Makalalag 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7

Jumlah Soal Benar 17 13 14 15 16 18 17 18 15 14  



Latar Belakang Kewajiban Zakat Fitrah dalam Bentuk Makanan Pokok

  Zakat fitrah, atau zakat al-fitr, adalah salah satu dari kewajiban yang ditetapkan dalam Islam bagi setiap Muslim menjelang akhir bulan Ra...